Senin, 13 April 2015

Yahudi Tak Ada Hubungan dengan Bangsa Semit



Oleh: Dr. Fayez Rasyid
SELAMA ini orang menganggap Israel adalah bangsa Semit. Padahal bangsa Arab lah yang sesungguhnya bangsa Semit (Sam) dengan konsesus semua sejarawan. Lafal “Arab” adalah teks Ashur (Assyria) yang sudah dikenal sejak abad 9 SM. Sementara Yahudi bukanlah bangsaShem (Semit) dan ini juga disepakati oleh ahli bahasa dan sejarawan.
Israel mengklaim bahwa Yahudi adalah bangsa Semit. Karena itu Zionis menciptakan dakwaan “anti Semit” bagi mereka yang memusuhi politik-politik entitas Zionis Israel.
Setiap menghadapi lawan yang mententang dan hanya sekedar mengkritik maka akan dicap dengan anti Semit. Sebuah bentuk ketakutan Israel akan terbongkar kedok kebohongan mereka.
Untuk menutupi kebohongan busuknya, Israel berusaha menghalangi semua pihak untuk mengungkat fakta termasuk dengan mengundang-undangkan anti Semit di negara sekutu Israel. Lalu Eropa membuat undang-undang Gayssot untuk menghalangi dan mencegah pihak-pihak yang meragukan riwayat (versi sejarah) Zionis tentang Hollocoust dengan ancaman hukuman penjara bertahun-tahun. Mereka bahkan menutupi dan menghapus sejarawan pengkritik Israel yang berdarah Yahudi sekalipun seperti Rogert Garaudi yang akhirnya tak memiliki media satupun yang mau menerbitkan temuan-temuan sejarahnya atau bahkan sekadar untuk mengadvokasi diri.  Inilah demokrasi ala Eropa dan demokrasi ala Israel.
Bangsa Shem (Semit) adalah keturunan Sam bin Nuh. Menurut ahli bahasa, lafal Semit (Samiah) digunakan oleh suku-suku yang tinggal di Jazirah Arab, Iraq kuno, wilayah Suriah (kini Suriah, Libanon, Palestina dan Yordania) dan Afrika utara. Penduduk di wilayah Palestina Suriah dan Yordania dikenal dengan nama lain Kan’an.
Tahun 70 SM Romawi mengusir Yahudi dari Palestina ke Eropa. Mereka kemudian diaspora di seluruh dunia. (Muhammad Khalifah Hasan, Yahudi dan Ide Anti Semit, Aljazeera, 22/12/2004).
Anti Semit adalah ide yang relatif modern yang dibuat oleh Yahudi Eropa secara resmi pada abad 19. Menurut sejarawan Bernard Lazare dalam bukunya Anti Semit, Sejarah dan Faktornya, yang pertama kali menulis tentang gagasan Anti Semit adalah wartawan Jerman Wilham Maad dalam bukunya Kemenangan Yahudi atas Jerman di tahun 1873.
Lazare menyimpulkan, “Kekhususan yang diyakini oleh kelompok Yahudi menjadi legitimasi mudah untuk mengusung gagasan anti Yahudi. Yahudi bersembunyi di balik gap kelebihan ini. Masing-masing Yahudi meyakini mereka adalah bangsa dengan pengcecualian. Yahudi bangga dengan kitab Taurat mereka. Bahkan mereka di atas bangsa lain. Mereka menganggap diri mereka bangsa pilihan.” (Roger Garaudi, Persoalan Israel dan Zionisme Politik, Damaskus 1984. Gustave Le Bon, Kerajaan Khazar dan Warisannya, Suku ke 13).
Pemikir Zionis kemudian memanfaatkan ini dengan busuk dan mem-blowup nya. Yahudi yang terusir dari semua bangsa diyakini karena memang tidak bisa hidup di tengah bangsa manapun. Inilah yang kemudian menjadi alasan resmi gerakan Zionisme internasional untuk tujuan busuk mereka; mendirikan negara kebangsaan Yahudi di Palestina.
Padahal gagasan ini mendapatkan reaksi keras dan penolakan dari kelompok Yahudi Eropa dan Amerika.
Karl Mark, seorang pemikir Yahudi bahkan mengatakan, “Yahudi berlanjut berkat sejarah bukan karena dipaksa… karena itu pembebasan Yahudi adalah pembebasan masyarakat dari pemikiran Yahudi.”
Artinya, banyak orang Yahudi yang juga menentang gagasan pembuatan negara Israel di Palestina ini dengan seruan membaur dengan masyarakat di manapun. bahkan sampai digelar soal pembauran itu dalam konferensi dunia seperti Compbell Bannerman tahun 1907.
Ini semua membantah adanya keterkaitan spiritual Yahudi dengan Palestina dan membuktikan kebohongan mitos “tanah yang dijanjikan” “tanah tanpa bangsa untuk bangsa tanpa tanah” dan lainnya. Rabi-rabi yahudi takut dari sejarah yahudi melebihi takut mereka dari sejarah umum. Bahkan ketika muncul buku Sejarah Raja-raja Perancis dan Raja-raja Otoman abad 16 maka buku itu dilarang. (Israel Shahak, Sejarah Yahudi, Agama dan Keyahudian, Langkah Selama 3000 Tahun, Beirut, 1995).
Isu anti Semit dibuat untuk membenarkan asumsi kebangsaan Yahudi sehingga seolah layak menuntut keadilan memiliki negara di Palestina.
Mereka menempelkan “anti Semit” itu kepada Arab dengan melupakan fakta-fakta sejarah; bahwa Arab adalah asal-usul Semit sehingga tidak mungkin sebuah bangsa menjadi musuh bagi bangsanya sendiri. (Abdul Wahhab Masiri, Ensiklopedia Zionisme dan Israel, Jilid II, Daar Shorouk, Kairo, 1999).
Asal usul Semit adalah Arab adalah kepastian sejarah. Yahudi tidak memiliki kaitan dengan Semit. Dalam arti meski ada bangsa Arab yang menganut Yahudi seperti sebagiannya di Palestina mereka tetap berasal dari etnis Arab.
Sejarawan Arnold Toynbee dan Gustave Le Bon mengatakan, “Yahudi saat ini tidak memiliki dengan bangsa Yahudi di masa lampau.”
Sejarah membuktikan, Yahudi hidup di masyarakat Arab seperti halnya kelompok dan penganut madzhab lain dan etnis lainnya dengan kesamaan derajat. Era emas Yahudi justru di era Andalusia ketika dalam kekuasaan Arab – Islam.
Gerakan Zionisme lah yang membuat kebohongan sejarah untuk memaksa Yahudi di dunia Arab mengungsi ke Israel. Salah satu kebusukan cara mereka adalah; meledakkan kapal imigran Yahudi ke Palestina yang berasal dari Prancis dengan nama Ashtia di lepas laut tahun 1939. Tujuan peledakan ini adalah mencari simpati dunia atas nasib mereka. Sinagog Masud di Bagdad juga dibom pada tahun 1950, dan lain-lain.
Sejarawan kawakan menegaskan; tak ada peninggalan sejarah Yahudi di Palestina. Tak ada kaitan spiritual Yahudi dengan tanah Palestina. mereka yang hidup di Palestina adalah bangsa Kan’an Arab. (Kathleen Mary Kenyon dalam bukunya Ilmu Pengetahuan Peningalan Bersejarah di Tanah Suci, Peter Jemes dalam buku Abad-abad Gelap”, Thomas Tomson dalam bukunya Sejarah Dini Bangsa Israel”,  Gustave Le Bon, Sejarah Peradaban Pertama, Arnorld Toyinbee) dan masih banyak yang lain.*
Penulis masalah Palestina. Artikel asli dimuat dari Asy Syarq dan terjemahkan informasipalestina.com (hidayatullah.com)

0 komentar:

Posting Komentar