Pattani adalah salah satu provinsi di selatan Thailand. Patani terletak di Semenanjung Melayu dengan pantai Teluk Thailand di sebelah utara. Di bagian selatannya terdapat gunung-gunung dan taman negara Budo-Sungai Padi yang berada di perbatasan Provinsi Yala (Jala) dan Narawitha (Menara). Di sini, juga terdapat beberapa tumbuhan unik seperti Palma Bangsoon dan rotan Takathong. Di kawasan perbatasan dengan Songkhla dan Yala, terdapat pula taman rimba yang terkenal dengan air terjunnya, Namtok Sai Khao.
Memperbincangkan Islam di Patani, sungguh telah terbentang sejarah panjang. Dulu, Patani adalah sebuah kerajaan Melayu Islam berdaulat, mempunyai kesultanan tersendiri. Namun, pada pertengahan abad ke-19, Patani menjadi korban penaklukan Kerajaan Siam (Thailand).
Penaklukan Siam terhadap Patani tahun 1962, mendapat pengakuan Britania Raya. Untuk mengukuhkan kedudukannya di Patani, di tahun 1902, Kerajaan Siam melaksanakan undang-undang Thesaphiban. Dengan ini, sistem pemerintahan kesultanan Melayu telah dihapuskan. Dengan ditandatanganinya Perjanjian Bangkok tahun 1909, Patani diakui Britania sebagai bagian dari jajahan Siam walaupun tanpa mempertimbangkan aspirasi penduduk asli Melayu Patani.
Patani adalah satu dari empat provinsi Thailand yang mempunyai mayoritas penduduk beragama Islam (80%). Nama Patani sendiri berasal dari bahasa Melayu logat setempat, yakni “Pata” (pantai) dan “Ni” (ini). Patani juga berasal dari bahasa Arab yang artinya “kebijaksanaan” atau “cerdas”, karena di sana tempat lahirnya banyak ulama dan cendekiawan dari berbagai golongan dari tanah Melayu (Jawi). Patani juga dikenal sebagai Serambi Makkah yang juga disebut “Fattani Darussalam”.
Penyerahan “Bunga Emas”
Daerah yang sekarang disebut Thailand selatan pada masa dahulu berupa kesultanan-kesultanan yang merdeka dan berdaulat. Di antara kesultanan yang terbesar adalah Patani.
Muslim Patani hidup di empat wilayah selatan Thailand, yaitu Narathiwat, Patani, Songkhla, dan Yala. Mereka orang Melayu yang menjadi minoritas di negeri Thailand, tapi mayoritas di wilayah bagian selatan. Umat Islam Patani ini disebut khaek (tamu), yang berarti orang asing, bukan penduduk asli. Predikat itu disertai penjajahan struktural maupun kultural.
Thailand Selatan sejatinya memang tidak senapas dengan Thailand secara keseluruhan. Sebelum abad XV, Provinsi Patani, Yala, Narathiwat, dan Satun berada di bawah naungan Kesultanan Patani yang diperebutkan oleh Kerajaan Siam di utara dan Kesultanan Malaka di selatan. Walau secara budaya dekat dengan Malaka, secara politik Patani di bawah pengaruh Siam.
Jatuhnya Malaka ke tangan Portugis pada 1511, membuat Patani harus menyerahkan ”bunga emas’’ atau upeti kepada Siam agar wilayahnya tidak diganggu. Namun simbol penyerahan upeti ini dianggap Siam sebagai penyerahan kedaulatan.
Kemudian, lemahnya Siam, terlebih setelah diserbu oleh pasukan Burma, membuat Patani kemudian tak lagi menyerahkan upeti.
Pada abad keempat belas, masuklah Islam ke kawasan itu, raja Patani pertama yang memeluk Islam ialah Ismailsyah. Pada 1603 Kerajaan Ayuthia di Siam menyerang Kerajaan Patani namun serangan itu dapat digagalkan.
Pada 1783 Siam pada masa raja Rama I Phra Culalok menyerang Patani dibantu oleh oknum-oknum orang Patani sendiri, Sultan Mahmud pun gugurlah, meriam Sri Patani dan harta kerajaan dirampas Siam dan dibawa ke Bangkok.
Maka Tengku Lamidin diangkat sebagai wakil raja atas perintah Siam tetapi kemudian ia pun berontak lalu dibunuh dan digantikan Dato Bangkalan, tetapi ia pun memberotak pula.
Pada masa raja Phra Chulalongkorn tahun 1878 M Siam mulai mensiamisasi Patani sehingga Tengku Din berontak dan Kerajaan Patani pun dipecahlah dan unit kerajaan itu disebut Bariwen.
Sebelum peristiwa itu terjadi sesungguhnya pada 1873 M Tengku Abdulqadir Qamaruzzaman telah menolak akan penghapusan Kerajaan Patani itu. Kerajaan Patani dipecah dalam daerah-daerah kecil Patani, Marathiwat, Saiburi, Setul, dan Jala.
Tahun 1902 Patani bersama Kedah, Perlis, Kelantan, dan Trengganu resmi di bawah kekuasaan Siam. Perjanjian Siam-Inggris tahun 1909 memaksa Siam menyerahkan semua daerah di atas kepada Inggris kecuali Patani.Inggris pun mengakui bahwa daerah-daerah itu termasuk kawasan Kerajaan Siam.
Pada 1923 M, beberapa madrasah Islam yang dianggap ekstrem ditutup, dalam sekolah-sekolah Islam harus diajarkan pendidikan kebangsaan dan pendidikan etika bangsa yang diambil dari inti sari ajaran Buddha.
Tahun 1933 Siam membagi Patani menjadi tiga provinsi, Narathiwat, Patani, dan Yala. Dan pada tahun 1939 M, Nama Siam diganti dengan “Muang Thai”. Bahasa Siam menjadi bahasa kebangsaan di kawasan Selatan, di sekolah-sekolah merupakan bahasa resmi, tulisan Arab Melayu digantikan tulisan Siam yang berasal dari Palawa.
Sebatas Adat
Jumlah umat Islam keseluruhan di Patani lebih dari 3 juta jiwa, sedangkan mayoritas penduduk Thailand beragama Buddha. Kaum muslim di Thailand sendiri terbagi menjadi dua bagian. Muslim Melayu dan muslim non-Melayu, dengan persentase 80%: 20%.
Hingga saat ini, 80% (sekitar 2,6 juta) penduduk ketiga provinsi ini menganut agama Islam, berbudaya dan berpakaian Melayu, dan menggunakan bahasa Melayu Jawi sebagai bahasa ibu. Namun, ekspresi spiritual dan budaya mereka senantiasa terancam.
Pada saat-saat tertentu anak-anak sekolah pun harus menyanyikan lagu-lagu bernapaskan Buddha dan kepada guru harus menyembah dengan sembah Buddha. Kementerian pendidikan memutar balik sejarah: dikatakannya bahwa orang Islam itulah yang jahat ingin menentang pemerintahan sah di Siam dan menjatuhkan raja.
Orang-orang Islam tidak diperbolehkan mempunyai partai politik yang berasas Islam, bahkan segala organisasi pun harus berasaskan kebangsaan. Pemerintah pun membentuk semacam pangkat mufti yang dinamakan “Culamantri”.
Pada saat-saat tertentu dipamerkan pula segala persenjataan berat, alat-alat militer. Lalu mereka mengundang ulama untuk melihat-lihat, dengan harapan akan tumbuh rasa takut untuk berontak. Akan tetapi orang-orang yang teguh dalam keislamannya itu tetap berjuang untuk menegakkan sebuah negeri yang berdaulat berasas Islam, Republik Islam Patani.
Segala upacara yang sekuler dikerjakan dan Islam hanya terbatas pada adat, partai-partai pun tidak mau berdasarkan Islam dan tetap sekuler walaupun adat agama adakalanya dibawa juga seperti salam dan bismillah seperti tercantum dalam konstitusinya itu.
Transformasi dari loyalitas primordial ke loyalitas kepada negara dalam rangka menciptakan intergrasi nasional biasanya merupakan agenda utama di negara-negara yang proses perwujudan gagasan negara-negaranya belum selesai.
Agenda ini menjadi sangat pelik apabila negara bersangkutan plural dalam etnis, budaya, dan agama. Berdasarkan kategori primordial itu, negara tersebut memiliki kelompok mayoritas dan minoritas, kelompok minoritas hendak dipaksa untuk diintegrasikan ke dalam kelompok mayoritas. (Majalah Alkisah)
|
Selasa, 16 Desember 2014
Home »
» Islam di Patani, Thailand Selatan : Negeri Islam yang Hilang (Bagian 1)
Islam di Patani, Thailand Selatan : Negeri Islam yang Hilang (Bagian 1)
Related Posts:
Sejarah Tahun Baru Masehi Dan Perayaan Tahun Baru Masehi Dalam beberapa hari ke depan, tahun 2014 akan segera berganti, dan tahun 2015 akan menjelang. Ini tahun baru Masehi, tentu saja, karena tahun baru Hijriyah telah terjadi beberapa … Read More
Gereja di Georgia AS Tempelkan Pesan ‘Santa Adalah Setan’ Sebuah tulisan peringatan 'Santa itu setan', dipasang di Gereja Baptis Harlem. Sebuah media milik gereja The Christian Posthari Senin (15/12/2014), menempelkan pesan p… Read More
Ulama Malaysia dan Saudi Serukan Kaum Muslim Untuk Tidak Merayakan Acara Tahun Baru Masehi Beberapa ulama Muslim Malaysia telah mendesak pemerintahnya untuk membatalkan perayaan Hari Tahun Baru , mengatakan bahwa perayaan tersebut mencerminkan budaya Yahudi dan akan… Read More
Nama-nama Indonesia Yang Sudah Tertera di Langit Sudah ada beberapa nama Indonesia yang tertera di langit, sebagian adalah nama untuk Planet Minor. Planet minor adalah istilah yang digunakan untuk obyek langit non planet atau ko… Read More
“Makna Natal Bagi Kristen Indonesia” SEPERTI tahun-tahun sebelumnya, menjelang perayaan Natal tahun 2014, induk kaum Protestan Indonesia yakni Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia (PGI) dan induk kaum Katolik … Read More
0 komentar:
Posting Komentar