Minggu, 22 Maret 2015

Mengenang Syeikh Ahmad Yasin, Pendiri dan Tokoh Spiritual Hamas



Sheikh Ahmed Ismail Yassin (bahasa Arab: الشيخ أحمد ياسين) dilahirkan di desa Al Jaurah, pinggiran Al-Mijdal, selatan Jalur Gaza (sekarang dekat Ashkelon di Israel). Tanggal lahirnya tak diketahui secara pasti: menurut paspor Palestinanya, ia lahir pada 1 Januari 1929, namun ia telah menyatakan sebenarnya telah lahir pada 1938. Sedangkan sumber Palestina mendaftarkan tahun lahirnya ialah 1937. Saat masih kanak-kanak, ia dan keluarganya telah dipaksa menjadi pengungsi yang diakibatkan oleh perang dengan Zionis Israel pada tahun 1948.
Ayahnya bernama Abdullah Yassin. Ia menjadi anak yatim ketika berusia tiga tahun.  Ia memiliki empat saudara laki-laki dan dua saudara perempuan. Dia dan seluruh keluarganya melarikan diri ke Gaza dan  menetap di Kamp al-Shati, setelah desa tempat kelahirannya dicaplok  tentara Israel selama Perang Arab-Israel pada 1948.

Syekh Ahmad Yasin datang ke Gaza sebagai seorang pengungsi. Menginjak usia 12 tahun, ia mengalami kelumpuhan total, setelah bermain gulat dengan kawannya Abdullah al-Khatib.  Lehernya sempat diplester selama 45 hari. Namun, ia harus mengalami kelumpuhan seumur hidup.

Sejak kecil Syekh Ahmad Yasin berjiwa bijak, sabar, dan tabah. Ia tak menceritakan kalau tubuhnya mengalami luka seperti itu karena ulah temannya, al-Khatib. Semua itu dilakukannya, semata-mata karena tak ingin hubungan persaudaraan antara keluarganya dengan keluarga teman yang telah melukainya retak. Ia hanya mengaku terluka ketika sedang bermain lompat katak di sekolahnya.

Meski kondisi fisiknya tak seperti orang normal, karena lumpuh, semangat belajarnya sangat tinggi. Ia sebenarnya diterima sekolah di Universitas Al-Azhar Kairo, Mesir. Namun, kondisi kesehatannya yang memburuk membuatnya terpaksa harus belajar di rumah.

Ia adalah seorang kutu buku. Minatnya pada ilmu filsafat, agama, politik, sosiologi, dan ekonomi membuatnya menjadi seorang tokoh. Masyarakat Gaza pun menjulukinya sebagai salah seorang pembicara atau orator tebaik di Jalu Gaza. Syekh Ahmad Yasin pun dipercaya untuk menyampaikan khutbah mingguan, setelah shalat Jumat. 

Sebagai seorang orator yang hebat, ceramahnya seakan mampu ‘’menyihir’’ dan membuat masyarakat di Gaza terpana. Tak heran jika setiap kali tampil berpidato atau berceramah massa menyemut mengelilinginya. Karier pertamanya adalah menjadi guru  bahasa Arab pada sekolah dasar di Rimal, Gaza.

Awalnya, kepala sekolah SD itu, Mohammad al-Shawa tak yakin, Ahmad Yasin bisa diterima para siswa untuk mengejar, karena kondisi fisiknya. Namun, secara mengejutkan, ia justru mampu menarik perhatian para siswa karena cara mengajarnya yang luar biasa. Mengajar murid-muridnya dengan hati dan keikhlasan membuatnya menjadi guru idola.
Yassin mendirikan Hamas - al-Harakatul Muqawwamatul Islamiyah - dengan rekannya Abdel Aziz al-Rantissi dan Khaled Meshal pada tahun 1987. Sheikh Ahmed adalah seorang tuna netra dan juga seorang paraplegic akibat kecelakaan olahragapada masa muda-nya sehingga dia harus menggunakan kursi roda sepanjang sisa hidupnya. Ia merupakan pejuang Intifadhahmujahid dakwah yang berjuang menegakkan Islamdan qiyadah/pemimpin Palestina.
Beliau memiliki ‘izzah/ kemuliaan sehingga disegani dan dicintai kawan, ditakuti lawan dalam hal ini penjajah Zionis Israel.
Sebagai tokoh spiritual dan qiyadah dalam perjuangan, Syekh Ahmad Yasin banyak memberikan keteladanan bagi pengikutnya dan rakyat Palestina, juga bagi umat Islam yang rindu syahid di jalan Allah.
Dalam suatu khutbahnya, Syekh Ahmad Yasin pernah berkata: Umat ini tidak akan pernah memiliki kemuliaan dan meraih kemenangan kecuali dengan Islam. Tanpa Islam tidak pernah ada kemenangan. Kita selamanya akan selalu berada dalam kemunduran sampai ada sekelompok orang dari umat ini yang siap menerima panji kepemmpinan yang berpegang teguh kepada Islam, baik sebagai aturan, prilaku, pergerakan, pengetahuan, maupun jihad. Inilah satu-satunya jalan. Pilih Allah atau binasa!
Dan Allah tidak menjadikan pemberian bala-bantuan itu melainkan sebagai kabar gembira bagi (kemenangan) mu, dan agar tenteram hatimu karenanya. Dan kemenanganmu itu hanyalah dari Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.(QS: Al-Imran/3: 126).
Bekerja sebagai guru Bahasa Arab dan Tarbiyah Islamiyah, kemudian bertugassebagai khatib dan guru di masjid-masjid Gaza. Dalam masa penjajahan, dia menjadi khatib paling populer di kalangan masyarakat Jalur Gaza karena kekuatan argumennya dan keberaniannya dalam al haq (kebenaran). Beliau menjadi ketua perhimpunan Islam di Jalur Gaza.
Pada tahun 1983, Syaikh Ahmad Yasin ditangkap rezim Imperialis Israel atas tuduhan memiliki senjata, membentuk pasukan militer dan menyerukanpelenyapan eksistensi negara Yahudi. Karenanya, beliau dihadapkan ke mahkamah militer Israel dan divonis 13 tahun penjara.
Pada tahun 1985, beliau dibebaskan dalam rangka pertukaran tahanan antara pihak rezim Imperialis Israel dengan PFLL (Front Rakyat untuk PembebasanPalestina) – Pimpinan Umum, setelah mendekam 11 bulan dalam penjara rezimImperialis Israel.
Bersama para aktivis perlawanan islam (islamiyun) Palestina, beliau mendirikanorganisasi perlawanan, Gerakan Perlawanan Islam ”Hamas” – Palestina, di JalurGaza pada tahun 1987.
Pada akhir bulan Agustus 1988, militer Imperialis Israel menyerbu rumah kediaman beliau di Gaza. Mereka melakukan pengeledahan dan mengancammembuangnya di atas kursi roda yang beliau duduki sehari-hari ke Libanon.
Pada malam hari tanggal 17 Mei 1989, rezim Imperialis Israel kembalimenangkap Syaikh Ahmad Yasin berserta ratusan aktivis Gerakan Hamas, dalam rangka upaya menghentikan perlawanan bersenjata yang terjadi ketika itudengan mengambil bentuk serangan dengan menggunakan as silah al abyadh(senjata putih), yakni selain senjata api terhadap serdadu-serdadu Israel, wargaYahudi serta penculikan terhadap agen-agen Israel.
Pada tanggal 16 Oktober 1991, mahkamah militer Imperialis Israel mengeluarkan keputusan dengan memvonis Syaikh Ahmad Yasin berupa penjara seumur hidup ditambah 15 tahun, setelah disodorkan daftar tuduhan sebanyak sembilan item.Di antaranya seruan (provokasi) penculikan dan pembunuhan terhadap serdadu-serdadu Imperialis Israel, pendirian Gerakan Hamas beserta sayap militer dan dinas keamanannya.
Di samping menderita kelumpuhan total, Syaikh Ahmad Yasin juga menderita beberapa penyakit lain. Di antaranya, kebutaan di mata kirinya dan lemah pandangan di mata kanannya akibat penyiksaan yang beliau alami saat menjalanipenyidikan, menderita radang telinga cukup kronis, alergi paru-paru, beberapapenyakit dan peradangan dalam dan usus. Kondisi penahanan yang buruk yangdialami Syaikh Ahmad Yasin menyebabkan merosotnya kondisi kesehatannya,sehinggga harus dipindahkan ke rumah sakit beberapa kali. Kondisi kesehatanSyaikh Ahmad Yasin terus menurun akibat penahanan dan tidak adanyapelayanan kesehatan yang memadai.
Pada tanggal 13 Desember 1992, sekelompok sukarelawan berani mati (fida’i)dari Brigade Izzuddin al Qassam menculik seorang serdadu militer ImperialisIsrael. Brigade Izzuddin al Qassam menuntut pelepasan serdadu Israel tersebutdengan kompensasi pembebasan Syaikh Ahmad Yasin dan beberapa tawanan dipenjara rezim Imperialis Israel, di antara mereka ada sedang menderita sakit,orang lanjut usia serta beberapa tawanan Arab yang ditangkap militer ImperialisIsrael di Lebanon. Namun pihak Imperialis Israel menolak tuntutan tersebut,bahkan balik melancarkan serangan ke lokasi penahanan serdadu Israel tersebut,sehingga menyebabkan kematiannya serta kematian komandan kesatuan penyerangan pasukan Imperialis Israel dalam penyerangan tersebut, sebelumsyahidnya para pahlawan sukarelawan berani mati di dalam rumah yang berlokasidi desa Beir Nebala, dekat Jerusalem.
Rabu pagi, tanggal 1 Oktober 1997, Syaikh Ahmad Yasin dibebaskan berkat perjanjian yang berlangsung antara Jordania dan rezim Imperialis Israel, dengan kompensasi penyerahan dua agen (antek) Zionis yang tertangkap di Jordansetelah mereka gagal dalam upaya pembunuhan terhadap Khalid Misy’al,Kepala Biro Politik Hamas di Amman.
Senin, 22 Maret 2004, pesawat-pesawat tempur milik Israel, membidik seorangtua yang didorong di atas kursi roda, usai menunaikan Shalat Subuh di sebuah masjid di Desa el-Sobra, Gaza. Dengan melepaskan tiga rudal dari pesawat heli itu, pemimpin dan pendiri Gerakan Perlawanan Islam Hamas, Syeikh AhmadYasin (1936-2004), ditembak secara biadab oleh pasukan Zionis Israel. Ikut menjadi korban meninggal dunia lainnya adalah Mukmin Al-Yazori (28 tahun),Amer Ahmad Abdul ‘Al (25 tahun), Rateb Abdurrahman Al-‘Alon (52 tahun),Khumaes Sami Mushtahi (32 tahun), Rabe Abdul Hayyi Abdul Al (15 tahun) dan empat lainnya yang belum diketahui identitasnya. Sementara ada 16 lainnya terluka, di antarannya dua anak Syeikh Yasin, Abdul Hamed dan Abdul Ghani serta seorang pemuda lagi dari keluarga Zaqut. (dari berbagai sumber)

0 komentar:

Posting Komentar