Sabtu, 21 Maret 2015

Salman bin Abdulaziz, Raja Saudi Pecinta Quran



Pria itu tampak sumringah. Sebuah senyum dia lempar dari atas panggung. Menyapa bocah-bocah yang duduk manis di ruang pertemuan itu. Dengan ramah pria berjubah emas itu menyapa, “Assalamualaikum.”
Anak-anak yang sudah lama menunggu pun menjawab. “Alaikumsalam.” Mereka kembali diam. Menunggu pria yang tengah berbunga-bunga di atas panggung itu untuk meneruskan kata-katanya.
“Saya senang ini dirayakan untuk menghormati kelompokn anak-anak yang membawa Alquran ke dalam hati mereka, yang tunduk pada kebahagiaan, ketenangan, kebaikan, dan berkah bagi mereka yang tetap berpegang dan bekerja dengan Alquran,” demikian pria bersorban itu membuka pidato.
Pria di atas panggung itu adalah Salman Bin Abdulaziz. Pangeran Kerajaan Arab Saudi. Dan pidato itu dia sampaikan saat menutup lomba hafalan Alquran bertajuk “Prince Salman Prize for Quran Memorization”, yang pada 2010 itu sudah digelar sebanyak 12 kali.
“Kepada kalian, anak-anakku, tugas besar terhadap agama kalian, maka setelah kalian pulang, kembali ke Quran untuk panutan merupakan keharusan,” pesan Pangeran Salman untuk anak-anak peserta lomba kala itu.
***
Pria yang lahir di Riyadh, 31 Desember 1935 itu memang sangat senang melihat anak-anak penghafal Alquran. Pangeran Salman telah jatuh hati pada Alquran sejak kecil. Bahkan telah hafal suluruh isi kitab suci umat Muslim itu sejak belia. Dia merayakan keberhasilan menghafal Alquran pada 22 Juli 1945. Saat usianya masih sepuluh tahun.
Masa kecil Pangeran Salman memang lekat dengan lingkungan religius. Dia mulai menuntut ilmu di Princes School, Riyadh. Sebuah sekolah yang didirikan keluarga kerajaan untuk para pangeran Saudi. Di sekolah itu, Salman ditempa dengan ilmu agama dan ilmu-ilmu umum lainnya.
Setelah tumbuh dewasa, Pangeran Salman mulai diberi kepercayaan duduk di kursi pemerintahan. Jabatan awal yang dia emban adalah Wakil Gubernur Riyadh. Posisi itu dia jabat selama setahun, sejak 1954. Salman kemudian menyandang gelar Gubernur di Ibukota Saudi itu pada 1955 hingga 1960. Kemudian dia kembali menguasai posisi itu mulai 1963 hingga 2011.
Pada 5 November 2011, Pangeran Salman ditunjuk sebagai Wakil Perdana Menteri ke dua, sekaligus sebagai Menteri Pertahanan Saudi. Satu tahun kemudian, tepatnya 18 Juni 2012, dia dinobatkan sebagai Putra Mahkota menyusul kematian sang kakak, Pangeran Nayef bin Abdul Aziz. Dengan posisi itu, dia menjadi calon pemegang tahta Kerajaan Saudi.
Pangeran Salman boleh saja sibuk dengan segala urusan negara. Namun dia tak pernah melupakan kecintaannya pada Alquran. Menurut laman Arab News, setiap Ramadan Pangeran Salman selalu menuntaskan hafalan 30 juz Alquran sebanyak tiga kali setiap bulan Ramadan.
Tak hanya sekadar menghafal. Pangeran Salman juga mendorong generasi muda negaranya untuk mendalami kitab suci. Pada 1989, dia mulai mengadakan lomba menghafal Alquran bertajuk “Prince Salman Prize for Quran Memorization” untuk anak-anak di seantero Arab Saudi, baik laki-laki maupun perempuan.
Pagelaran yang diambil dari nama sang pangeran itu digelar rutin setiap tahun, di bawah bimbingan Kementrian Urusan Islam, Wakaf, dan Dakwah, Kerajaan Arab Saudi. Melalui lomba itu, Pangeran Salman ingin berkontribusi mempererat hubungan umat dengan Alquran.
“Semakin kita berpegang pada Alquran dalam semua urusan kita, kita memiliki dimensi kebanggaan dan kekuatan,” tutur dia.
Untuk menumbuhkan semangat menghafal Alquran, dia tak segan menggelontorkan dana. Bacalah data yang dirilis pemerintah Saudi tiga tahun silam. Pangeran Salman menggelontorkan dana sebesar 2 juta riyal Saudi atau sekitar Rp 7 miliar untuk kegiatan menghafal Alquran. Dana itu digunakan untuk perlombaan dan aktivitas lain yang diikuti oleh sekitar 1.250 hafiz cilik. (dream.co.id)

0 komentar:

Posting Komentar