Senin, 16 Maret 2015

Ulama Ahlus Sunnah Irak: Al Azhar Jangan Dusta, Tidak Ada Konflik Sunni-Syiah di Irak


 Persatuan Ulama Ahlus Sunnah Irak yang diketuai Syaikh Khalid Abdul Wahab al Mala merespon keras pernyataan pihak Universitas Al Azhar bahwa yang terjadi di Irak adalah konflik Sunni-Syiah.


Menurut Kantor Berita ABNA, Persatuan Ulama Ahlus Sunnah Irak yang diketuai Syaikh Khalid Abdul Wahab al Mala merespon keras pernyataan pihak Universitas Al Azhar bahwa yang terjadi di Irak adalah konflik Sunni-Syiah. Menurutnya, pernyataan pihak Al Azhar tersebut dapat memicu dan menyulut perpecahan umat Islam padahal apa yang dinyatakan Al Azhar jauh dari kenyataan. Syaikh Khalid al Mala berkata, “Pernyataan pihak Al Azhar yang mulia mengenai pasukan sukarelawan Irak tidak memiliki kebenaran sama sekali dan jauh dari kenyataan yang ada. Sukarelawan Irak bersama dengan pasukan keamanan Irak adalah pasukan yang dibentuk untuk membebaskan kembali wilayah-wilayah kedaulatan Irak yang telah direbut oleh kelompok teroris.”
“Kami sangat menyadari dan memahami betapa Universitas Al Azhar memiliki peran yang sangat besar dalam dunia Islam, termasuk menjadi mediator yang dapat mendamaikan atau mendialogkan terwujudnya perdamaian antara masyarakat Arab dan dunia Islam. Namun meski demikian, Al Azhar harus memperbaharui pengetahuannya mengenai rakyat Irak, yang lebih mengutamakan keutuhan dan kedaulatan negaranya daripada nyawanya sendiri.” tambahnya.
Dalam lanjutan pernyataannya, ulama besar Ahlus Sunnah Irak ini mengatakan, “Kemungkinan pihak Al Azhar tidak mengetahui bahwa pasukan sukarelawan Irak bukanlah sebuah lembaga atau kesatuan yang berdasar pada mazhab tertentu. Melainkan lahir dari inisiatif seluruh warga Irak, baik Sunni maupun Syiah. Dan kedua pengikut mazhab besar ini satu sama lain saling bersatu dan bekerjasama dalam menghadapi musuh bersama dan mewujudkan cita-cita nasional, menjaga kedaulatan Negara dan merebut wilayah yang dikuasai ISIS.”
Selanjutnya Persatuan Ulama Ahlus Sunnah Irak tersebut dengan keras mengecam sumber informasi yang diperoleh Al Azhar sehigga mengeluarkan pernyataan yang dapat menambah masalah bagi dunia Islam. Mereka menegaskan, “Sumber yang menyampaikan informasi yang tidak valid tersebut pada dasarnya hendak menutup isu kekejaman dan kebiadaban ISIS atas rakyat Irak. Mereka malah menyelewengkan fakta yang sebenarnya. Sumber berita tersebut menutupi fakta, bahwa ISIS telah membawa bencana dan malapetaka bagi bangsa Irak, dengan melakukan pengeboman, pengrusakan jalan-jalan, fasilitas umum dan masjid-masjid.”
Lembaga Ulama Ahlus Sunnah Irak ini juga menyinggung, bahwa rakyat Irak yang lemah seringkali digunakan oleh ISIS untuk menjadi perisai hidup ketika berhadapan dengan militer Irak. Ulama Ahlus Sunnah ini berkata, “Kami seia sekata dengan ulama marja Hauzah Ilmiah Najaf yang memfatwakan wajibnya terbentuk sukarelawan untuk menjaga dan menyelamatkan nyawa warga-warga sipil yang tidak berdosa. Kalaupun memang ada dari sukarelawan tersebut yang melakukan kesalahan, maka oknum tersebut yang semestinya disalahkan, bukan kesemua sukarelawan tersebut.”
Persatuan Ulama Ahlus Sunnah Irak turut menegaskan, meskipun sukarelawan dan militer Irak mayoritas Syiah namun mereka ditugaskan Negara untuk menjaga dan menjamin keamanan seluruh warga Negara, termasuk komunitas Ahlus Sunnah. Karena itu segala bentuk berita yang menyebutkan militer Irak yang Syiah berupaya menghabisi dan berbuat keji terhadap warga Irak yang Sunni adalah dusta besar dan hanya rekayasa pihak ISIS dan musuh-musuh Islam dan  musuh Negara Irak. Menurut ulama Ahlus Sunnah Irak ini, isu tersebut sengaja diciptakan, agar ISIS mendapatkan dukungan dari muslim Ahlus Sunnah dari berbagai Negara di dunia, sehingga dengan itu mereka mendapatkan kekuatan baru untuk semakin membawa bencana bagi rakyat dan bangsa Irak secara keseluruhan.
Sementara itu, Hujjatul Islam Sayyid Ammar Hakim, ketua Majelis Tertinggi Islam Irak dalam lawatannya ke Rumah Sakit Muhammad al Majid di kota Samara, saat menjenguk para korban luka-luka dari militer dan sukarelawan Irak mengatakan, “Pihak Universitas Al Azhar dengan pernyataannya itu telah menyakiti dan berbuat zalim pada bangsa Irak. Semestinya mereka terlebih dahulu mengirimkan delegasi ke Irak untuk melihat secara langsung fakta yang terjadi di lapangan sehingga dapat memahami dengan benar situasi yang terjadi. Mendapatkan informasi hanya dari satu pihak kemudian mengambil kesimpulan adalah kesalahan besar. Mereka bisa berdialog dan berdiskusi dengan siapapun ulama yang ada di Irak mengenai situasi sebenarnya yang terjadi di Irak, sehingga tidak mengeluarkan pernyataan yang menzalimi pemerintah dan kelompok Syiah di Irak.”
“Pernyataan yang telah dikeluarkan Al Azhar bagi banyak orang adalah sebuah pernyataan yang layak dipercaya, sehingga tentu saja akan menjadi fitnah baru, dan menyulut perselisihan mazhab yang bermuara pada pertumpahan darah. Tentu saja ada peran ISIS dan musuh Islam didalam kejadian ini.” tambahnya.
Ketua Majelis Tinggi Islami ini dengan menyinggung fatwa Ayatullah Sistani yang menyerukan jihad melawan ISIS menyatakan, “Seruan jihad tersebut adalah panggilan dan ajakan bagi seluruh warga Irak untuk menjaga keutuhan dan kedaulatan bangsa Irak. Bukan seruan jihad untuk melawan mazhab tertentu. Kita bisa menyaksikan sendiri faktanya, rakyat Irak baik Sunni maupun Syiah bersatu padu menghadapi musuh bersama. Yang dengan persatuan tersebut ISIS sudah mengalami rentetan kekalahan, dan satu persatu  wilayah sudah berhasil direbut kembali.”
Disebutkan hari sebelumnya, pihak otoritas Universitas Al Azhar mengeluarkan pernyataan yang mengecam militer dan sukarelawan Irak yang disebutnya telah melakukan penyerangan atas wilayah-wilayah pemukiman Ahlu Sunnah di Irak dan melakukan pembantaian massal serta melakukan pengrusakan masjid dan rumah-rumah penduduk. Pernyataan pihak Al Azhar tersebut mendapat reaksi keras dari ulama Sunni dan Syiah di Irak, bahwa kejadian yang sebenarnya adalah penyerangan terhadap kelompok teroris ISIS yang menguasai sejumlah wilayah territorial Irak dan penyerangan tersebut adalah dalam rangka merebut kembali wilayah kedaulatan mereka bukan dalam rangka menyerang dan menzalimi kelompok Ahlus Sunnah. (abna24.com)

0 komentar:

Posting Komentar