Selasa, 17 Maret 2015

Kh Idrus Ramli: Ulama Wajib Menjelaskan Soal Syiah


Kh Idrus Ramli, Dewan Pakar ASWAJA Center PWNU Jawa Timur

Di Indonesia ada seorang ulama Ahlussunnah yang tahu betul soal Syiah. Ia juga punya banyak pengalaman berdebat dengan Syiah di berbagai forum. Dia adalah Kh Idrus Ramli, Dewan Pakar ASWAJA Center PWNU Jawa Timur. 


Usai insiden penyerangan kelompok Syiah ke pemukiman Az Zikra beberapa waktu lalu, Pengasuh Pondok Pesantren al-Hujjah Jember itu turut hadir sebagai salah satu penceramah dalam acara tabligh akbar bertajuk “Umat Islam Bersatu Kokohkan Aswaja” di Aula Masjid Az Zikra, Sentul Bogor, Ahad (22/2/2015). Alhamdulillah Suara Islammendapat kesempatan untuk wawancara dengannya, berikut penuturannya:

Apa tanggapan kyai atas insiden penyerangan oleh kelompok Syiah ke pemukiman Az Zikra?



Saya pikir seharusnya tidak perlu pakai kekerasan, sekarang ini memang penggunaan kekerasan dimana-mana sudah tidak populer. Kalau memang Syiah tidak setuju kita menolak ajaran Syiah harusnya mereka mengajak dialog, kan selesai, kita kan selalu membuka ruang dialog untuk mereka. Kalau mereka merasa benar mengapa takut dialog dengan kita? harus gentle dong.. 



Kita inikan berbeda dengan Syiah bukan seperti beda makanan, beda ras atau suku tapi karena beda paham, ajaran ideologi. Nah kalau ideologi itu harus dialog secara ilmiah kalau mereka tidak setuju terhadap penolakan kita terhadap Syiah.



Dan saya kira memang kita harus menolak Syiah karena ajarannya berbeda dengan kita. Islam nusantara ini Islam para ulama dulu membangun Islam kita ini identitasnya adalah Islam Ahlussunah wal jamaah, bukan yang lain.

Sejauh mana perkembangan Syiah di Indonesia?



Saya fikir secara keilmuan Syiah itu tidak pernah berkembang, karena setiap saya ketemu tokoh-tokoh mereka ya itu-itu saja yang dibicarakan, gak ada lagi bahannya. Kalau dari segi kuantitas, yang keluar dari Syiah itu sudah banyak dan yang ikut juga ada. Tapi Syiah ini pendekatan didalam berdakwah berbeda dengan kita. Kalau ahlusunah wal jamaah, ulama kita dulu mencontohkan didalam berdakwah pendekatannya keilmuan, orang itu kalau ikut ahusunah wal jamaah memang karena semata-mata kesadaran, tetapi Syiah ini bukan pendekataan keilmuan, tapi pakai fulus (uang), diming-imingi pendidikan gratis dan sebagainya.



Karenanya saya tidak yakin semua pendukung Syiah ini ideologis, ada yang cuma ikut-ikutan karena ingin dapat ‘fulus’nya. Sebagian lagi karena memang tidak tahu terhadap dalil-dalil Ahlusunah wal jamaah. Karenanya, kita ini penting memberikan pemantapan ajaran ahlusunah wal jamaah beserta dalil-dalilnya dan menyampaikan subhat-subhat ajaran Syiah kepada umat Islam agar tidak terpengaruh terhadap ajaran mereka. Syukur kalau mereka bisa kembali kepada ahlusunnah wal jamaah, karena memang kewajiban para ulama, para asatid mengajak kembali kelompok Syiah ini kepada ahlusunah wal jamaah, mungkin ada subhat.

Jenis-jenis Syiah di Indonesia itu seperti apa?



Di Indonesia ini Syiah yang ghulat itu ada yaitu Syiah Baha'i, ini sempalan dari Syiah dan oleh Syiah sendiri sudah dikeluarkan. Kalau yang banyak berkembang di Indonesia itu Syiah Rafidoh itsna asariyah atau Syiah Iran, kalau yang Zaidiyah sepertinya tidak ada. Syiah Zaidiyah itu ada yang sangat dekat dengan Sunni, seperti Assyaukani, Assauani, walaupun mereka masih Syiah Zaidiah. 



Karena Syiah baik Zaidiyah maupun Imamiah, sejak abad ke 4 itu berkoalisi dengan mutazilah, karenanya ajaran syiah dan hujjah-hujjahnya banyak mengadopsi ajaran dan hujjah-hujjah mutazilah seperti tentang rukun iman syiah, seperti tauhid, nubuwah, minus imamah. Selain imamah, keadilan ma'ad, inikan mutazilah semua, dan dalil-dalil imamah inikan ditransfer dari dalil-dalil nubuwah yang dibuat mutazilah dan itu berbeda dengan ahlusunah wal jamaah.



Kata para ulama, beberapa aliran sempalan itu latar belakang lahirnya bermacam-macam. Kalau mutazilah latar belakang kelahirnya murni pemikiran, karenanya orangnya sangat rasional dan pinter-pinter, tapi Syiah inikan latar belakangnya karena kecewa persoalan politik, karenanya semuanya akan dipolitisir dihubungkan dengan imamah, karena memang sejak awal karena ambisi politik, ambisinya bersifat politis.

Kenapa pemerintah sepertinya membiarkan Syiah?



Masalahnya, yang menjadi pemerintah itu tidak ada yang ulama. Jadi yang penting mereka didukung, siapa yang dukung terserah yang penting jadi. Kita para ulama ini belum berhasil menanamkan akidah yang mantap kepada para penguasa, jadi kita ini tidak bisa menyalahkan pemerintah karena pemerintah ini tidak tahu masalah ini.

Bagaimana peran ulama seharusnya?



Peran ulama, semuanya berkewajiban menjelaskan soal Syiah ini kepada masyarakat. Kalau dukungan masyarakat sangat kuat, bisa seperti Jawa Timur. Ulama Jawa Timur itu kompak untuk melarang ajaran Syiah, akhirnya gubernur mengeluarkan larangan aktivitas Syiah, contohnya seperti 10 muharram acara As Syura kan dilarang. Semua itu bisa karena ulama Jawa Timur kompak, apabila kita ingin membuat seperti itu mungkin bisa juga di daerah-daerah lainnya.



Di Jombang belum lama ini heboh soal shalat 3 waktu, apakah itu Syiah?



Kita tidak tahu apakah Syiah apa memang mirip syiah, saya cuma tahunya dari media massa dan belum ada konfrmasi.



Beredar kabar ada pertemuan Syiah di Ngawi memutuskan akan membunus 100 ulama Aswaja?



Saya belum tahu soal itu, tapi kalau Syiah itu mau membunuh itu konyol karena Syiah itu minoritas disini.

Apa pesan Kyai untuk umat terkait Syiah ini?



Kita ini harus menjaga akidah umat jangan terpengaruh Syiah, kalau perlu Syiah dikembalikan ke Ahlusunnah, dan ini pendekatannya keilmuan. Dan kalau mereka melakukan kekerasan, ya kita harus membela diri, lalu ajukan ke penegak hukum.



Ahlusunnah ini umat Islam yang paling toleran, negara yang dimana ahlusunah itu mayoritas, orang diluar ahlusunnah itu akan aman-aman saja, tapi ketika Syiah mayoritas seperti di Iran, kita Ahlussunnah yang minoritas itu tidak aman. 



Jadi Syiah itu seperti orang Kristen, kalau orang Kristen tinggal di mayoritas muslim itu aman, mereka buka usaha bikin toko, itu aman, bahkan lebih kaya dari kita.. Kita itu rahmatan lil alamin betul. (SI Online)

0 komentar:

Posting Komentar