Kyai Alawi Nurul Alam al-Bantani, ulama muda Nahdlatul Ulama menyatakan bahwa isu ikhtilaf Sunni-Syiah yang saat ini kencang dihembuskan oleh kelompok takfiri, merupakan upaya untuk memecah belah persatuan Islam. Hal itu ia sampaikan saat menghadiri Konferensi Internasional Gerakan Ekstimisme dan Takfiri dalam Pandangan Ulama Islam, di kota Qom, Republik Islam Iran, pada 23-24 November 2014. Konferensi ini, dihadiri oleh 350 ulama dari 80 negara. (Baca juga: Khamenei Pastikan Iran Akan Persenjatai Pejuang Palestina di Tepi Barat)
Selaku Ketua Tim Aswaja Center Lembaga Takmir Masjid Pimpinan Besar Nahdlatul Ulama (LTM) PBNU, ia aktif terlibat dalam mensosialisasikan bahaya gerakan takfiri, baik di mimbar ataupun seminar, ataupun melalui buku. Hingga saat ini, tidak kurang dari 40 judul buku karyanya telah diterbitkan, salah satunya; Kyai NU Meluruskan Fatwa Merah MUI dan LDII.
Berikut ini adalah wawancara dengan Kyai al-Bantani, seperti yang dikutip dari Kantor Berita Abna;
Bagaimana pendapat Bapak Kyai tentang Republik Islam Iran, yang mayoritas penduduknya bermazhab Syiah?
Iran adalah sebuah negara yang didirikan oleh pendirinya untuk membangkitkan citra Islam. Terlepas bahwa penduduk mayoritas Iran adalah bermazhab Syiah, tapi yang diperjuangkan oleh Iran adalah bukan untuk mengembangkan mazhab Syiah, tapi untuk membangkitkan semangat perjuangan kaum muslimin.
Bahwa sesungguhnya musuh-musuh Islam tidak pernah berhenti untuk menghancurkan dan melemahkan kaum muslimin dan kejayaan Islam. Dan ini yang tidak dimengerti oleh banyak orang. Itu disebabkan sibghah [celupan] Allah itu sudah hilang, sehingga ghirah atau semangat keislaman itu tidak ada. Dan jika ghirah sudah tidak ada jadi untuk berpikir Islamiah itu sudah tidak ada. Sehingga orang-orang kemudian sekedar disibukkan untuk menghidupi keluarga, yang dipikirkan hanya untuk kepentingan perut. Padahal sesungguhnya jika kita bertanya, apa yang telah dipersembahkan untuk Islam, maka jawabannya ada di Iran, sejak tahun 1979 sampai sekarang. Itu jawaban untuk pertanyaan yang pertama.
Yang kedua, tidak ada masalah terhadap mazhab Syiah sebetulnya. Selama kita bisa memahami kurikulum Syiah dari orang-orang yang memang terbaik dari kalangan Syiah. Sebab di Syiah sendiri ada takfirinya, sebagaimana di Sunni juga ada takfirinya. Perlakukan beberapa gelintir orang tidak bisa mewakili semuanya, bahkan pendapat ulama itu sendiri tidak serta mewakili semuanya. Bedanya di Iran atau di mazhab Syiah itu lembaga ulama lebih terstruktur sehingga dikenal ada istilah ulama marja dan sebagainya, beda dengan di Sunni yang lebih banyak corak pada pola berpikirnya.
Banyaknya kaum muslimin yang belum mengenal dan mengerti mazhab Syiah, terutama tentang pemikiran ulama-ulamanya itu disebabkan karena kurangnya interaksi mereka dengan buku-buku dan pemikiran-pemikiran Syiah. Karenanya alangkah baiknya, saran saya, lembaga-lembaga keagamaan Syiah mengirimkan buku-buku mereka ke organisasi-organisasi Sunni dan menyatakan, ini lho karya-karya kami, bahkan kalau perlu membuat perpustakaan-perpustakaan yang berisi kitab-kitab Syiah yang mudah diakses masyarakat Sunni. Sehingga antara kedua mazhab ini bisa saling berinteraksi, tukar wawasan dan saling bersinergi, sehingga kemungkinan bersitegang itu bisa diminimalisir.
Salah satu buku Kyai Alawi
Pandangan Pak Kyai terhadap pihak yang berbeda perspektif dalam memandang Iran dan Syiah? Misalnya pandangan yang menyebut Iran itu hanya hendak menghancurkan Islam dan Syiah itu bukan bagian dari barisan kaum muslimin.
Itu hanyalah omongan-omongan orang yang tidak mengerti. Jika kita dihadapkan dengan suatu masalah, harusnya yang bicara hanyalah para ahlinya. Lha ini, yang banyak bicara justru orang yang tidak mengerti sama sekali, mereka bukanlah peneliti, bukan pula ulama. Dan ini kita harus pahami, bahwa gerakan seperti ini sudah ada sejak dulu. Mereka justru menjadi benalu dalam Islam.
Tujuan dari pihak yang sering mengadu domba dan menghembuskan fitnah Sunni-Syiah itu berbeda dan satu sama lain harus saling bermusuhan, itu sebenarnya apa Pak Kyai?
Sumber daya alam. Tidak ada lagi. Sewaktu guru ngaji saya menjelaskan makna surah al Israa ayat 1, yang berbunyi, “Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya,” ayat ini digali oleh AS dan Yahudi. “Kami berkahi sekelilingnya” itu, maksudnya apa? Dan dengan kemampuan teknologi mereka yang canggih dan penelitian yang serius, akhirnya mereka temukan, bahwa keberkahan yang dimaksud adalah kekayaan alam. Yang kemudian itu membuat mereka berambisi untuk menguasainya.
Untuk mengambil SDA itu, maka cara yang paling mudah dan klasik adalah dengan mengadu domba negara-negara tersebut. Menurut penelitian, 50 tahun lagi minyak di Arab Saudi itu habis. Tahun 1954 Arab Saudi pernah dibantu Inggris untuk menginvasi Suriah. Namun tidak berhasil. Sekarang mereka mencoba lagi, dengan menggunakan boneka-bonekanya. Yang mendanai persenjataan oposisi di Suriah kan Arab Saudi? Dan Negara-negara Barat berada dibalik itu. Sebab kita tahu, AS dan negara-negara Barat tidak memiliki kekayaan bumi yang memadai. Krisis minyak di Arab Saudi yang diperkirakan 50 tahun lagi, jelas sangat mengkhawatirkan mereka. Makanya mereka mencari lahan baru lagi. Nah, inilah salah satu tujuan dibentuknya ISIS itu. Tapi banyak yang tidak sadar.
Kesalahan kaum muslimin lainnya, adalah menyerahkan pemimpin umat pada orang-orang yang zalim yang hanya menjadi boneka musuh-musuh Islam. Umat dicecoki dengan hadits-hadits yang menyebutkan meskipun pemimpin itu zalim, buruk akhlaknya, selama masih shalat, maka kita tidak boleh menentangnya dan sebagainya.
Konferensi di Qom
Tapi bukannya mereka yang melakukan itu, menganggap dirinya adalah pejuang-pejuang Islam. Bahwa apa yang mereka sampaikan itu dalam rangka menjaga kemurnian aqidah umat?
Mereka harus tahu sejarah. Kalau memang mereka mengaku-ngaku pengikut salaf dan generasi awal. Mereka harus tahu apa yang terjadi pada generasi awal ummat ini. Konflik antar sahabat pernah terjadi, sampai saling bunuh-bunuhan dan yang memicu itu adalah kaum Khawarij. Dan perlu mereka tahu, orang-orang Khawarij juga mengklaim diri mereka sebagai pejuang Islam, membunuh orang-orang Islam itu disebutnya jihad. Tapi Rasulullah lewat hadits-haditsnya menyebut mereka sebagai anjing-anjing neraka, mereka adalah penjelmaan Dajjal, seburuk-buruknya makhluk dan sebagainya. Padahal mereka itu adalah penghafal Qur’an, menghafal ribuan hadits, shalat malamnya Masya Allah, siangnya mereka puasa, tapi justru malah memusuhi umat Islam sendiri.
Solusinya?
Solusinya selain mengerahkan serdadu untuk menghentikan mereka, kita juga harus bertempur dalam dunia pemikiran, dengan menghadang syubhat-syubhat mereka. Yang bisa menulis, menulislah. Untuk memberikan penyadaran dan pencerahan pada masyarakat luas akan kondisi yang sebenarnya. Dan ulama-ulama harus menyadari tanggungjawabnya dalam menyadarkan ummat.
Tapi bukannya MUI [Majelis Ulama Indonesia] Pusat telah mencetak dan menyebarkan buku Mengenal dan Mewaspadai Penyimpangan Syiah?
Itu oknum MUI. Malah bahkan buku itu sudah saya bantah. Kalau buku saya salah, saya pasti sudah dipanggil MUI. MUI itu -kalau mau jujur- dibentuk oleh Soeharto justru untuk memecah belah ulama, khususnya para Kyai NU. Ayo kita hitung-hitungan, ada tidak jama’ah MUI? Kalau NU jamaahnya hampir 100 juta, bukan hanya terbanyak di Indonesia tapi juga ormas Islam terbesar di dunia. Intinya, betapa pentingnya menyadari, siapa yang jadi tuan rumah, siapa yang jadi tamu.
Bagaimana tanggapan Kyai mengenai oknum yang mengatasnamakan NU kemudian hadir pada pertemuan-pertemuan yang menyerukan permusuhan kepada sesama muslim bahkan sampai mendeklarasikan gerakan anti-Syiah?
Kalaupun ada, itu hanya Kyai yang secara amaliah NU, tapi bukan orang struktur dalam organisasi NU. Kalau mewakili NU harus punya surat tugas. Itu sudah menjadi ketentuan organisasi. Misalnya, saya. Saya ini memiliki mandat dan bahkan surat tugas dari PB NU untuk mendata dan melindungi dan memberikan pencerahan kepada warga Ahlus Sunnah wal Jamaah dan masyarakat Nahdiyin dari pemahaman-pemahaman yang menyimpang. Menyebut Syiah kafir, itu menyimpang. Mereka muslim juga. Ilmu Allah itu sangat luas, bahkan tidak terbatas. Sehingga tidak mungkin hanya dikuasai oleh satu dua kiyai saja. Para kyai harus membuka mata. Orang lain juga punya ilmu. Kalau itu berbeda bukan berarti itu salah. (Baca juga: Ada Ulama NU yang Mengajak Perangi Syiah)
Harapan Pak Kyai sendiri untuk masyarakat Indonesia?
Harapan saya, dimulai dari ulama dulu. Jika ulamanya lurus, insya Allah masyarakatnya juga. Sekali lagi saya ulang, ilmu Allah itu sangat luas, ilmu yang sedikit tentu tidak bisa menggapainya. Kepada Nabi Saw sendiri dikatakan, tidak mengetahui, kecuali sedikit. Karenanya, orang lain juga punya ilmu, yang kalau berbeda tidak apa-apa. Minimal telusuri dulu sebelum memvonis itu salah. Kalau tidak mengetahui apa yang diketahui orang lain, bilang saja, tidak punya cukup uang untuk beli buku. Kan mudah? He..he.. (liputanislam.com)
Menurut Kantor Berita ABNA, Konferensi Internasional Gerakan Ekstimisme dan Takfiri dalam Pandangan Ulama Islam yang berlangsung di kota Qom, Republik Islam Iran selama dua hari ahad-senin [ 23-24/11/2014] yang dihadiri 350 ulama dari 80 negara juga diikuti oleh sejumlah ulama dan guru besar dari Indonesia, KH. Alawi Nurul Alam al Bantani diantaranya. Kyai yang mengepalai Tim Aswaja Center Lembaga Takmir Masjid Pimpinan Besar Nahdlatul Ulama (LTM) PBNU itu merupakan delegasi dari Pimpinan Besar Nahdatul Ulama [PB NU]. Ditemui di kamar hotelnya disela-sela istrahat setelah mengikuti serangkaian agenda konferensi yang padat, kyai muda kelahiran Bandung 24 Maret 1973 itu tampak santai menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam wawancara.
Berikut wawancara singkat tersebut.
Bagaimana pendapat atau tanggapan pak Kiyai tentang Iran sebagai sebuah republik Islam dan Iran sebagai sebuah Negara yang mayoritas penduduknya bermazhab Syiah?
Iran adalah sebuah negara yang didirikan oleh pendirinya untuk membangkitkan citra Islam. Terlepas bahwa penduduk mayoritas Iran adalah bermazhab Syiah, tapi yang diperjuangkan oleh Iran adalah bukan untuk mengembangkan mazhab Syiah, tapi untuk membangkitkan semangat perjuangan kaum muslimin. Bahwa sesungguhnya musuh-musuh Islam tidak pernah berhenti untuk menghancurkan dan melemahkan kaum muslimin dan kejayaan Islam. Dan ini yang tidak dimengerti oleh banyak orang. Itu disebabkansibghah [celupan] Allah itu sudah hilang, sehingga ghirah atau semangat keislaman itu tidak ada. Dan jika ghirah sudah tidak ada jadi untuk berpikir Islamiah itu sudah tidak ada. Sehingga orang-orang kemudian sekedar disibukkan untuk menghidupi keluarga, yang dipikirkan hanya untuk kepentingan perut. Padahal sesungguhnya jika kita bertanya, apa yang telah dipersembahkan untuk Islam, maka jawabannya ada di Iran, sejak tahun 1979 sampai sekarang. Itu jawaban untuk pertanyaan yang pertama.
Yang kedua, tidak ada masalah terhadap mazhab Syiah sebetulnya. Selama kita bisa memahami kurikulum Syiah dari orang-orang yang memang terbaik dari kalangan Syiah. Sebab di Syiah sendiri ada takfirinya, sebagaimana di Sunni juga ada takfirinya. Perlakukan beberapa gelintir orang tidak bisa mewakili semuanya, bahkan pendapat ulama itu sendiri tidak serta mewakili semuanya. Bedanya di Iran atau di mazhab Syiah itu lembaga ulama lebih terstruktur sehingga dikenal ada istilah ulama marja dan sebagainya, beda dengan di Sunni yang lebih banyak corak pada pola berpikirnya.
Banyaknya kaum muslimin yang belum mengenal dan mengerti mazhab Syiah, terutama tentang pemikiran ulama-ulamanya itu disebabkan karena kurangnya interaksi mereka dengan buku-buku dan pemikiran-pemikiran Syiah. Karenanya alangkah baiknya, saran saya, lembaga-lembaga keagamaan Syiah mengirimkan buku-buku mereka ke organisasi-organisasi Sunni dan menyatakan, ini lho karya-karya kami, bahkan kalau perlu membuat perpustakaan-perpustakaan yang berisi kitab-kitab Syiah yang mudah diakses masyarakat Sunni. Sehingga antara kedua mazhab ini bisa saling berinteraksi, tukar wawasan dan saling bersinergi, sehingga kemungkinan bersitegang itu bisa diminimalisir.
Pandangan pak kiyai dengan pihak yang berbeda perspektif dengan pak Kyai dalam memandang Iran dan Syiah?
Misalnya?
Iya, misalnya pandangan yang menyebut Iran itu hanya hendak menghancurkan Islam dan Syiah itu bukan bagian dari barisan kaum muslimin.
Itu hanyalah omongan-omongan orang yang tidak mengerti. Jika kita dihadapkan dengan suatu masalah, harusnya yang bicara hanyalah para ahlinya. Lha ini, yang banyak bicara justru orang yang tidak mengerti sama sekali, mereka bukanlah peneliti, bukan pula ulama. Dan ini kita harus pahami, bahwa gerakan seperti ini sudah ada sejak dulu. Mereka justru menjadi benalu dalam Islam.
Tujuan dari pihak yang sering mengadu domba dan menghembuskan fitnah Sunni-Syiah itu berbeda dan satu sama lain harus saling bermusuhan, itu sebenarnya apa pak Kiyai?
Sumber daya alam. Tidak ada lagi. Sewaktu guru ngaji saya menjelaskan makna surah al Israa ayat 1, yang berbunyi, “Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya,” ayat ini digali oleh AS dan Yahudi. “Kami berkahi sekelilingnya” itu, maksudnya apa?. Dan dengan kemampuan tekhonologi mereka yang canggih dan penelitian yang serius, akhirnya mereka temukan, bahwa keberkahan yang dimaksud adalah kekayaan alam. Yang kemudian itu membuat mereka berambisi untuk menguasainya.
Untuk mengambil SDA itu, maka cara yang paling mudah dan klasik adalah dengan mengadu domba, Negara-negara yang ada diatasnya. Menurut penelitian, 50 tahun lagi minyak di Arab Saudi itu habis. Tahun 1954 Arab Saudi pernah dibantu Inggris untuk menginvasi Suriah. Namun tidak berhasil. Sekarang mereka mencoba lagi, dengan menggunakan boneka-bonekanya. Yang mendanai persenjataan oposisi di Suriah kan Arab Saudi? Dan Negara-negara Barat berada dibalik itu. Sebab kita tahu, AS dan Negara-negara Barat tidak memiliki kekayaan bumi yang memadai. Krisis minyak di Arab Saudi yang diperkirakan 50 tahun lagi, jelas sangat mengkhawatirkan mereka. Makanya mereka mencari lahan baru lagi. Nah, inilah salah satu tujuan dibentuknya ISIS itu. Tapi banyak yang tidak sadar.
Kesalahan kaum muslimin lainnya, adalah menyerahkan pemimpin umat pada orang-orang yang zalim yang hanya menjadi boneka musuh-musuh Islam. Umat dicecoki dengan hadits-hadits yang menyebutkan meskipun pemimpin itu zalim, buruk akhlaknya, selama masih shalat, maka kita tidak boleh menentangnya dan sebagainya.
Tapi bukannya mereka yang melakukan itu, menganggap dirinya adalah pejuang-pejuang Islam. Bahwa apa yang mereka sampaikan itu dalam rangka menjaga kemurnian aqidah umat? Menurut pak Kiyai bagaimana?
Mereka harus tahu sejarah. Kalau memang mereka mengaku-ngaku pengikut salaf dan generasi awal. Mereka harus tahu apa yang terjadi pada generasi awal ummat ini. Konflik antar sahabat pernah terjadi, sampai saling bunuh-bunuhan dan yang memicu itu adalah kaum Khawarij. Dan perlu mereka tahu, orang-orang Khawarij juga mengklaim diri mereka sebagai pejuang Islam, membunuh orang-orang Islam itu disebutnya jihad. Tapi Rasulullah lewat hadits-haditsnya menyebut mereka sebagai anjing-anjing neraka, mereka adalah penjelmaan Dajjal, seburuk-buruknya makhluk dan sebagainya. Padahal mereka itu adalah penghafal Qur’an, menghafal ribuan hadits, shalat malamnya Masya Allah, siangnya mereka puasa, tapi justru malah memusuhi umat Islam sendiri.
Solusinya menurut pak Kyai?
Solusinya. Selain mengerahkan serdadu untuk menghentikan mereka, kita juga harus bertempur dalam dunia pemikiran, dengan menghadang syubhat-syubhat mereka. Yang bisa menulis, menulislah. Untuk memberikan penyadaran dan pencerahan pada masyarakat luas akan kondisi yang sebenarnya. Dan ulama-ulama harus menyadari tanggungjawabnya dalam menyadarkan ummat.
Tapi bukannya MUI [Majelis Ulama Indonesia] Pusat malah mencetak dan menyebarkan buku Mengenal dan Mewaspadai Penyimpangan Syiah, yang oleh sebagian pengamat menyebutkan bahwa isinya justru dapat menyulut perpecahan dikalangan umat?
Itu oknum MUI. Malah bahkan buku itu sudah saya bantah. Kalau buku saya salah, saya pasti sudah dipanggil MUI. MUI itu -kalau mau jujur- dibentuk oleh Soeharto justru untuk memecah belah ulama, khususnya para Kyai NU. Ayo kita hitung-hitungan, ada tidak jama’ah MUI? Kalau NU jamaahnya hampir 100 juta, bukan hanya terbanyak di Indonesia tapi juga ormas Islam terbesar di dunia. Intinya, betapa pentingnya menyadari, siapa yang jadi tuan rumah, siapa yang jadi tamu.
Bagaimana tanggapan Kiyai mengenai oknum yang mengatasnamakan NU kemudian hadir pada pertemuan-pertemuan yang menyerukan permusuhan kepada sesama muslim bahkan sampai mendeklarasikan gerakan anti Syiah?
Kalaupun ada, itu hanya Kyai yang secara amaliah NU, tapi bukan orang struktur dalam organisasi NU. Kalau mewakili NU harus punya surat tugas. Itu sudah menjadi ketentuan organisasi. Misalnya, saya. Saya ini memiliki mandat dan bahkan surat tugas dari PB NU untuk mendata dan melindungi dan memberikan pencerahan kepada warga Ahlus Sunnah wal Jamaah dan masyarakat Nahdiyin dari pemahaman-pemahaman yang menyimpang. Menyebut Syiah kafir, itu menyimpang. Mereka muslim juga. Ilmu Allah itu sangat luas, bahkan tidak terbatas. Sehingga tidak mungkin hanya dikuasai oleh satu dua kiyai saja. Para kyai harus membuka mata. Orang lain juga punya ilmu. Kalau itu berbeda bukan berarti itu salah.
Harapan Pak Kyai sendiri untuk masyarakat Indonesia?
Harapan saya, dimulai dari ulama dulu. Jika ulamanya lurus, insya Allah masyarakatnya juga. Sekali lagi saya ulang, ilmu Allah itu sangat luas, ilmu yang sedikit tentu tidak bisa menggapainya. Kepada Nabi Saw sendiri dikatakan, tidak mengetahui, kecuali sedikit. Karenanya, orang lain juga punya ilmu, yang kalau berbeda tidak apa-apa. Minimal telusuri dulu sebelum memvonis itu salah. Kalau tidak mengetahui apa yang diketahui orang lain, bilang saja, tidak punya cukup uang untuk beli buku. Kan mudah? He..he..
Ulama’ Al-Azhar Al Syarif dan Pakar Gerakan-Gerakan Islam Menegaskan bahwa Wahhabiyyah Mengancam Islam dan Dunia.
[Di dalam satu simposium di Kaherah/Kairo, Para Ulama’ dan Pakar Menegaskan: Al-Wahhabiyyah adalah Satu Ancaman terhadap Islam dan Dunia]
Tertanggal : 26 April 2010
في ندوة بالقاهرة علماء وخبراء يؤكدون: الوهابية خطر على الإسلام والعالم أكد علماء الأزهر والخبراء المتخصصون في دراسة الحركات الإسلامية أن الوهابية فكراً وحركة تمثل العدو الأخطر على المسلمين والعالم، وأنها لا تقل سوءاً عن الكيان الصهيوني ، لما تبثه من أفكار وسلوكيات تحض على العنف والإرهاب والكراهية وسهولة التكفير ضد كل من يخالفهم في الرأي، وتشوه بسلوكها الشائن المقاومة الإسلامية في فلسطين والعراق، وأنه من الواجب شرعاً مقاومة هذا الفكر وأتباعه بكافة السبل المتاحة، جاء ذلك في الندوة الإسلامية المتخصصة والموسعة التي عقدت بالأمس في القاهرة تحت عنوان (الوهابية: خطر على الإسلام والعالم) وشارك فيها بالأبحاث والنقاش كل من (الشيخ الدكتور/ عبد الرحمن السبكي من علماء الأزهر الشريف ـ المفكر الدكتور/ أحمد السايح أستاذ العقيدة والفلسفة الإسلامية بالأزهر الشريف ـ المستشار/ أحمد عبده ماهر من كبار العلماء المتخصصين في الحركات الإسلامية في مصر ـ أ/ عبد الفتاح عساكر المفكر الإسلامي المعروف ـ د/ عبد الله السعداوي المفكر والمعارض القومي الحجازي ـ د. أحمد شوقي الفنجري المفكر الإسلامي المعروف ـ د/ علي عبد الجواد الخبير في دراسات الحركات الإسلامية) ولفيف من العلماء والخبراء، هذا وقد خلصت الندوة إلى جملة من التوصيات والنتائج كان أبرزها:
أولاً: أكد الخبراء والعلماء في أبحاثهم (7 أبحاث) ومناقشاتهم أن الوهابية كدعوة وفكر تقوم على نفي الآخر وتكفيره، وأنها تهدد الأمن والسلم في كافة دول العالم الإسلامي لما تبثه من أفكار إرهابية وإجرامية شديدة الخطورة، أفكار تدفع الشباب الإسلامي إلى تكفير وإرهاب المجتمع والحكام لأوهى الأسباب، وأن العالم المعاصر لم يعان من تنظيم أو دعوة مثلما عانى من الوهابية سواء تمثلت في (القاعدة) أو في التنظيمات الإسلامية الأخرى، وأنه لولا المال السعودي لما انتشرت الوهابية ولولا النفاق الأمريكي لأمكن مقاومتها والقضاء عليها، ولكن أمريكا والسعودية تستفيدان من هذا الشذوذ الفكري المنتسب زوراً للإسلام والمسمى بالوهابية وذلك لإرهاب العالم تارة أو لابتزازه تارة أخرى.
ثانياً: أكد المشاركون في الندوة على أن الوهابية لها موقف سلبي من المرأة والعلم، والموسيقى وجميع الفنون، ومن المسيحيين بل من أصحاب المذاهب الإسلامية الأخرى (كالشيعة والأشاعرة وغيرهم)، وهي دعوة للجاهلية، وأغلب الموروث الوهابي قائم على الإرهاب الفكري والديني، ومخاصمة الواقع والعقل، ولذلك اعتبره البعض بمثابة (دين آخر) غير دين الإسلام، دين يدعو إلى الإرهاب والقتل باسم الله، والله منه براء، وأن ما يجري في العراق وأفغانستان بل وحتى السعودية راعية هذا الفكر من قتل وإرهاب على الهوية يؤكد أننا أمام دعوة للإجرام والقتل وليس أمام دعوة لإسلام سمح معتدل.
ثالثاً: طالب العلماء والخبراء في الندوة بضرورة إعداد استراتيجية إسلامية وعالمية ثقافية وسياسية لمقاومة الوهابية، وأنه ينبغي أن يكون للأزهر الشريف دور في ذلك لأنه مؤسسة الاعتدال الإسلامي قبل أن يتم اختراقه من الوهابية ومن يسموا بالدعاة الجدد من السلفيين المتشددين، إن الأزهر الشريف إذا عاد كمؤسسة تنويرية ووسطية معتدلة فإنها تستطيع الرد بقوة على هذا الغلو الوهابي المعادي لروح الإسلام المحمدي المعتدل.
TERJEMAHAN:
Para ulama’ Al-Azhar dan pakar-pakar dalam bidang kajian Gerakan-gerakan Islam menegaskan bahwa sesungguhnya Wahhabiyah adalah merupakan satu pemikiran/faham dan gerakan musuh yang paling bahaya bagi umat Islam dan dunia, dan ia tidak kurang bahayanya berbanding Gerakan Zionis, karena ia menyebarkan pemikiran-pemikiran dan sikap serta perilaku yang bengis, bersifat keganasan (teroris), perasaan benci, serta sikap mudah mengkafirkan mana-mana pihak yang bertentangan pendapat dengan mereka.
Dan sikap serta tindak tanduk mereka yang memalukan ini merusak gerakan mempertahankan Islam di Palestin dan Iraq. Dan adalah menjadi kewajiban Syar’i untuk menentang pemikiran ini serta pengikut-pengikutnya dengan segala cara yang ada. Ini dinyatakan di dalam Simposium Islam Perbincangan Khusus (al-Mutakhasisah) dan Perkembangan (al-Muwassa’ah) yang telah dianjurkan kemarin di Kaherah/Kairo dengan Tema:
AL-WAHHABIYYAH: SATU ANCAMAN BAHAYA KEPADA ISLAM DAN DUNIA
Dan para tokoh pembentangan penyelidikan serta perbincangan adalah terdiri dari:
Al-Sheikh Dr. Abdurrahman al-Subki – salah seorang ulama’ dari Al-Azhar al-Sharif; Al-Mufakkir Dr. Ahmad al-Sayih – Professor di dalam bidang Aqidah dan Falsafah Islam di Al-Azhar al-Sharif; Al-Mustashar (Penasihat) Ahmad Abduh Maher – salah seorang dari ulama’ besar yang mempunyai kepakaran/Spesialisasi berkenaan Gerakan-gerakan Islam di Mesir; Prof. Abdul al-Fattah ‘Asakir – Pemikir Islam yang terkenal; Dr. Abdullah Al-Sa’dawi – Pemikir dan pembangkang nasional al-Hijazi Dr. Ahmad Shawqi al-Fanjari – Pemikir Islam yang terkenal; Dr. Ali Abdul Jawwad – Pakar kajian Gerakan-gerakan Islam; Dan beberapa ulama’ dan pakar-pakar yang lain.
Pada simposium ini telah sepakat dari beberapa cadangan dan kesimpulan, dan yang paling penting adalah seperti berikut:
Pertama: Pakar-pakar dan para ulama’ menegaskan di dalam penyelidikan mereka (terdapat tujuh (7) penelitian ) dan pembahasan bahwa sesungguhnya:
Al-Wahhabiyyah sebagai satu bentuk dakwah/seruan dan pemikiran berdiri di atas prinsip menolak dan mengkafirkan pihak lain. Dan sesungguhnya ia mengancam keamanan dan kesejahteraan di seluruh negara-negara Islam dengan sebab ia menyebarkan pemikiran-pemikiran teroris/keganasan dan doktrin yang sangat bahaya. Pemikiran-pemikiran ini menyebabkan pemuda-pemuda Muslim mengkafirkan serta membuat kekacauan terhadap masyarakat dan pemerintah dengan berlandaskan alasan/sebab yang sangat remeh. Dan dunia sekarang ini tidak mendukung pergerakan atau dakwah semacam al-Wahhabiyyah baik dalam bentuk (Al-Qaedah) ataupun pergerakan-pergerakan yang lain.
Dan sesungguhnya jikalau tidak karena harta/dana Saudi, Al-Wahhabiyyah tidak akan tersebar, dan jikalau tidak dengan sikap berpura-pura/kemunafikan Amerika, pasti ia dapat ditentang dan dihapuskan. Tetapi Amerika dan Saudi mendapat manfaat dari pemikiran pelik/jumud ini yang disandarkan secara palsu kepada Islam dan yang dinamakan al-Wahhabiyyah ini. Dan ia digunakan pada sesuatu masa untuk melancarkan serangan keganasan kepada dunia atau pada masa yang lain untuk melakukan pemerasan.
Kedua: Para peserta simposium menegaskan bahwa sesungguhnya Al-Wahhabiyyah mempunyai sikap/pendirian yang sangat negatif terhadap wanita dan ilmu, muzik dan segala bentuk kesastraan, serta terhadap penganut agama Kristian, bahkan terhadap orang-orang dari mazhab-mazhab Islam yang lain (seperti Shi’ah, Al-Asha’irah dan lain-lain). Dan ia sesungguhnya adalah satu bentuk dakwah/seruan kepada Jahiliyyah. Dan kebanyakan kesan-kesan Wahhabi adalah dalam bentuk teroris pemikiran dan agama, menolak realiti dan intelek.
Dan oleh sebab itu, sebagian (pengkaji) menganggapnya sebagai (sebuah agama yang baru) selain dari agama Islam; ia adalah agama yang menyeru kepada terorisme/keganasan dan pembunuhan dengan menggunakan nama Allah sedangkan Allah “bebas” dari (dakwaan mereka). Dan apa yang berlaku di Iraq dan Afghanistan, bahkan di Saudi – yang merupakan penaja kepada pemikiran ini – dari pembunuhan dan keganasan dengan mudah menguatkan lagi bahwa kita sedang berdepan dengan satu gerakan dakwah/seruan yang menyeru kepada jinayah dan pembunuhan dan bukanlah dakwah/seruan kepada Islam yang bertoleransi dan sederhana (tidak ekstrim).
Ketiga: Para ulama’ dan pakar di dalam simposium ini membuat tuntutan berkenaan kepentingan penyediaan satu strategi yang Islamic di peringkat antar bangsa serta strategi kebudayaan dan politik untuk menentang al-Wahhabiyyah. Dan sesungguhnya perlu bagi Al-Azhar Al-Syarif memainkan peranan dalam hal ini karena ia merupakan satu institusi Islam yang bersikap sederhana/tidak ekstrim sebelum ia dirusakkan oleh al-Wahhabiyyah dan golongan yang menamakan diri mereka sebagai pendakwah pembaharuan dari golongan Salafiyyin yang keras/melampau batas.
Sesungguhnya sekiranya Al-Azhar Al-Syarif kembali menjadi institusi yang menerangi dengan sikap sederhananya dan tidak melampau batas, maka ia sesungguhnya mampu dan mempunyai kekuatan untuk menolak sikap melampau Wahhabi yang memusuhi ruh Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad Sallollohu Alaihi Wasallam yang bersifat sederhana/tidak melampau batas.
Saat ini para ulama sedunia menyatakan bahwa mazhab islam yang diakui termasuk dalam Agama Islam ada 8 mazhab, yaitu:
Empat mazhab Ahlus Sunnah
a. Mazhab Syafi’i
b. Mazhab Hanafi
c. Mazhab Maliki
d. Mazhab Hanbali
Dua mazhab dari Syiah
a. Mazhab Ja’fari (sering disebut syiah 12 imam)
b. Mazhab Zaydi
Dua dari mazhab lainnya:
a. Mazhab Ibadi
b. Mazhab Zhahiri
Hal ini telah ditegaskan melalui pernyataan sikap para ulama dan tokoh Islam seluruh Dunia, yang tertuang dalam sebuah keputusan bersama yang terkenal dengan sebutan Risalah Amman.
Konferensi ini diadakan di Amman, Yordania, dengan tema “Islam Hakiki dan Perannya dalam Masyarakat Modern”
(27-29 Jumadil Ula 1426 H. / 4-6 Juli 2005 M.)
Secara lengkapnya, berikut ini kami kutipkan bunyi keputusan para ulama sedunia tersebut di bawah ini.
PERNYATAAN SIKAP KONFERENSI ISLAM INTERNASIONAL
Bismillahir-Rahmanir-Rahim
SALAM DAN SALAWAT SEMOGA TERCURAH PADA BAGINDA NABI MUHAMMAD SAW DAN KELUARGANYA YANG SUCI
Wahai manusia, bertakwalah kepada Alloh yang telah menciptakan kalian dari satu jiwa… (Al-Nisa’,4:1)
Sesuai dengan fatwa-fatwa yang dikeluarkan oleh YTH Imam Besar Syaikh Al-Azhar, YTH Ayatollah Sayyid Ali Al-Sistani, YTH Mufti Besar Mesir, para ulama Syiah yang terhormat (baik dari kalangan Syiah Ja’fari maupun Zaidi), YTH Mufti Besar Kesultanan Oman, Akademi Fiqih Islam Kerajaan Saudi Arabia, Dewan Urusan Agama Turki, YTH Mufti Besar Kerajaan Yordania dan Para Anggota Komite Fatwa Nasional Yordania, dan YTH Syaikh Dr. Yusuf Al-Qaradawi; Sesuai dengan kandungan pidato Yang Mulia Raja Abdullah II bin Al-Hussein, Raja Yordania, pada acara pembukaan konferensi;
Sesuai dengan pengetahuan tulus ikhlas kita pada Allah SWT; Dan sesuai dengan seluruh makalah penelitian dan kajian yang tersaji dalam konferensi ini, serta seluruh diskusi yang timbul darinya; Kami, yang bertandatangan di bawah ini, dengan ini menyetujui dan menegaskan kebenaran butir-butir yang tertera di bawah ini:
1. Siapa saja yang mengikuti dan menganut salah satu dari empat mazhab Ahlus Sunnah (Syafi’i, Hanafi, Maliki, Hanbali), dua mazhab Syiah (Ja’fari dan Zaydi), mazhab Ibadi dan mazhab Zhahiri adalah Muslim.
Tidak diperbolehkan mengkafirkan salah seorang dari pengikut/penganut mazhab-mazhab yang disebut di atas.
Darah, kehormatan dan harta benda salah seorang dari pengikut/penganut mazhab-mazhab yang disebut di atas tidak boleh dihalalkan.
Lebih lanjut, tidak diperbolehkan mengkafirkan siapa saja yang mengikuti akidah Asy’ari atau siapa saja yang mengamalkan tasawuf (sufisme). Demikian pula, tidak diperbolehkan mengkafirkan siapa saja yang mengikuti pemikiran Salafi yang sejati.
Sejalan dengan itu, tidak diperbolehkan mengkafirkan kelompok Muslim manapun yang percaya pada Allah, mengagungkan dan mensucikan-Nya, meyakini Rasulullah (saw) dan rukun-rukun iman, mengakui lima rukun Islam, serta tidak mengingkari ajaran-ajaran yang sudah pasti dan disepakati dalam agama Islam.
(2) Ada jauh lebih banyak kesamaan dalam mazhab-mazhab Islam dibandingkan dengan perbedaan-perbedaan di antara mereka. Para pengikut/penganut kedelapan mazhab Islam yang telah disebutkan di atas semuanya sepakat dalam prinsip prinsip utama Islam (Ushuluddin). Semua mazhab yang disebut di atas percaya pada satu Allah yang Mahaesa dan Makakuasa; percaya pada al-Qur’an sebagai wahyu Allah; dan bahwa Baginda Muhammad saw adalah Nabi dan Rasul untuk seluruh manusia. Semua sepakat pada lima rukun Islam: dua kalimat syahadat(syahadatayn); kewajiban shalat; zakat; puasa di bulan Ramadhan, dan Haji ke Baitullah di Mekkah. Semua percaya pada dasar-dasar akidah Islam: kepercayaan pada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitabNya, para rasul-Nya, hari akhir, dan takdir baik dan buruk dari sisi Allah. Perbedaan di antara ulama kedelapan mazhab Islam tersebut hanya menyangkut masalah-masalah cabang agama (furu’) dan tidak menyangkut prinsip-prinsip dasar (ushul) Islam.
Perbedaan pada masalah-masalah cabang agama tersebut adalah rahmat Ilahi. Sejak dahulu dikatakan bahwa keragaman pendapat di antara ‘ulama adalah hal yang baik.
(3) Mengakui kedelapan mazhab dalam Islam tersebut berarti bahwa mengikuti suatu metodologi dasar dalam mengeluarkan fatwa: tidak ada orang yang berhak mengeluarkan fatwa tanpa keahlihan pribadi khusus yang telah ditentukan oleh masing-masing mazhab bagi para pengikutnya. Tidak ada orang yang boleh mengeluarkan fatwa tanpa mengikuti metodologi yang telah ditentukan oleh mazhab-mazhab Islam tersebut di atas. Tidak ada orang yang boleh mengklaim untuk melakukan ijtihad mutlak dan menciptakan mazhab baru atau mengeluarkan fatwa-fatwa yang tidak bisa diterima hingga membawa umat Islam keluar dari prinsip-prinsip dan kepastian-kepastian Syariah sebagaimana yang telah ditetapkan oleh masing-masing mazhab yang telah disebut di atas.
(4) Esensi Risalah Amman, yang ditetapkan pada Malam Lailatul Qadar tahun 1425 H dan dideklarasikan dengan suara lantang di Masjid Al-Hasyimiyyin, adalah kepatuhan dan ketaatan pada mazhab-mazhab Islam dan metodologi utama yang telah ditetapkan oleh masing-masing mazhab tersebut. Mengikuti tiap-tiap mazhab tersebut di atas dan meneguhkan penyelenggaraan diskusi serta pertemuan di antara para penganutnya dapat memastikan sikap adil, moderat, saling memaafkan, saling menyayangi, dan mendorong dialog dengan umat-umat lain.
(5) Kami semua mengajak seluruh umat untuk membuang segenap perbedaan di antara sesama Muslim dan menyatukan kata dan sikap mereka; menegaskan kembali sikap saling menghargai; memperkuat sikap saling mendukung di antara bangsa-bangsa dan negara-negara umat Islam; memperkukuh tali persaudaraan yang menyatukan mereka dalam saling cinta di jalan Allah. Dan kita mengajak seluruh Muslim untuk tidak membiarkan pertikaian di antara sesama Muslim dan tidak membiarkan pihak-pihak asing mengganggu hubungan di antara mereka.
Allah berfirman: Sesungguhnya orang-orang beriman adalah bersaudara. Maka itu islahkan hubungan di antara saudara-saudara kalian dan bertakwalah kepada Allah sehingga kalian mendapat rahmat-Nya. (Al-Hujurat, 49:10).
Amman, 27-29 Jumadil Ula 1426 H./ 4-6 Juli 2005 M.
INDONESIA
1. Dr Muhammad Maftuh Basyuni, Menteri Agama
2. KH Ahmad Hasyim Muzadi, Ketua PBNU
3. Prof. Dr. M. Din Syamsuddin, Ketua Umum Muhammadiyah
4. Dr. Tutty Alawiyah, Rektor Universitas Islam Al-Syafi’iyah
5. Rabhan Abd Al-Wahhab, Dubes RI untuk Yordania
6. Rozy Munir, Wakil Ketua PBNU
7. Muhamad Iqbal Sullam, International Conference of Islamic Scholars, Indonesia
AFGHANISTAN
1. YTH. Nusair Ahmad Nour, Dubes Afghanistan untuk Qatar
ALJAZAIR
1. YTH. Lakhdar Ibrahimi, Utusan Khusus Sekjen PBB; Mantan Menlu Aljazair
2. Prof. Dr. Abd Allah bin al-Hajj Muhammad Al Ghulam Allah, Menteri Agama
3. Dr. Mustafa Sharif, Menteri Pendidikan
4. Dr. Sa’id Shayban, Mantan Menteri Agama
5. Prof. Dr. Ammar Al-Talibi, Departemen Filsafat, University of Algeria
6. Mr. Abu Jara Al-Sultani, Ketua LSM Algerian Peace Society Movement
AUSTRIA
1. Prof. Anas Al-Shaqfa, Ketua Komisi Islam
2. Mr. Tar afa Baghaj ati, Ketua LSM Initiative of Austrian Muslims
AUSTRALIA
1. Shaykh Salim ‘Ulwan al-Hassani, Sekjen, Darulfatwa, Dewan Tinggi Islam
AZERBAIJAN
1. Shaykh Al-Islam Allah-Shakur bin Hemmat Bashazada, Ketua Muslim Administration of the Caucasus
BAHRAIN
1. Syaikh Dr. Muhammad Ali Al-Sutri, Menteri Kehakiman
2. Dr. Farid bin Ya’qub Al-Miftah, Sekretaris Kementerian Agama
BANGLADESH
1. Prof. Dr. Abu Al-Hasan Sadiq, Rektor Asian University of Bangladesh
BOSNIA dan HERZEGOVINA
1. Prof. Dr. Syaikh Mustafa Ceric, Ketua Majlis ‘Ulama’dan Mufti Besar Bosnia dan Herzegovina
2. Prof. Hasan Makic, Mufti Bihac
3. Prof. Anes Lj evakovic, Peneliti dan Pengajar, Islamic Studies College
BRAZIL
1. Syaikh Ali Muhmmad Abduni, Perwakilan International Islamic Youth Club di Amerika Latin
KANADA
1. Shaykh Faraz Rabbani, Guru, Hanafijurisprudence, Sunnipath.com
REPUBLIK CHAD
1. Shaykh Dr. Hussein Hasan Abkar, Presiden, Higher Council for Islamic Affair; Imam Muslim, Chad
MESIR
1. Prof. Dr. Mahmud Hamdi Zaqzuq, Menteri Agama
2. Prof. Dr. Ali Jumu’a, Mufti Besar Mesir
3. Prof. Dr. Ahmad Muhammad Al-Tayyib, Rektor Universitas Al-Azhar University
4. Prof. Dr. Kamal Abu Al-Majd, Pemikir Islam; Mantan Menteri Informasi;
5. Dr. Muhammad Al-Ahmadi Abu Al-Nur, Mantan Menteri Agama Mesir; Profesor Fakultas Syariah, Yarmouk University, Jordan
6. Prof. Dr. Fawzi Al-Zifzaf, Ketua Masyayikh Al-Azhar; Anggota the Academy of Islamic Research
7. Prof. Dr. Hasan Hanafi, Peneliti dan Cendekiawan Muslim, Departemen Filsafat, Cairo University
8. Prof. Dr. Muhammad Muhammad Al-Kahlawi, Sekjen Perserikatan Arkeolog Islam; Dekan Fakultas Studi Kesejarahan Kuno, Cairo University
9. Prof. Dr. Ayman Fuad Sayyid, Mantan Sekjen, Dar al-Kutub Al-Misriyya
10. Syaikh Dr. Zaghlul Najjar, Anggota Dewan Tinggi Urusan Islam, Mesir
11. Syaikh Moez Masood, Dai Islam
12. Dr. Raged al-Sirjani
13. Dr. Muhammad Hidaya
PERANCIS
1. Syaikh Prof. Dalil Abu Bakr, Ketua Dewan Tinggi Urusan Agama Islam dan Dekan Masjid Paris
2. Dr. Husayn Rais, Direktur Urusan Budaya, Masjid Jami’ Paris
JERMAN
1. Prof. Dr. Murad Hofmann, Mantan Dubes Jerman untuk Maroko
2. Syaikh Salah Al-Din Al- Ja’farawi, Asisten Sekjen World Council for Islamic Propagation
INDIA
1. H.E. Maulana Mahmood Madani, Anggota Parlemen, Sekjen Jamiat Ulema-i-Hind
2. Ja’far Al-Sadiq Mufaddal Sayf Al-Din, Cendikiawan Muslim
3. Taha Sayf Al-Din, Cendikiawan Muslim
4. Prof. Dr. Sayyid Awsaf Ali, Rektor Hamdard University
5. Prof. Dr. Akhtar Al-Wasi, Dekan College of Humanities and Languages
IRAN
1. Ayatollah Syaikh Muhammad Ali Al-Taskhiri, Sekjen Majma Taqrib baynal Madzahib Al-Islamiyyah.
2. Ayatollah Muhammad Waez-zadeh Al-Khorasani, Mantan Sekjen Majma Taqrib baynal Madzahib Al-Islamiyyah
3. Prof. Dr. Mustafa Mohaghegh Damad, Direktur the Academy of Sciences; Jaksa; Irjen Kementerian Kehakiman
4. Dr. Mahmoud Mohammadi Iraqi, Ketua LSM Cultural League and Islamic Relations in the Islamic Republic of Iran
5. Dr. Mahmoud Mar’ashi Al-Najafi, Kepala Perpustakaan Nasional Ayatollah Mar’ashi Al-Najafi
6. Dr. Muhammad Ali Adharshah, Sekjen Masyarakat Persahabatan Arab-Iran
7. Shaykh Abbas Ali Sulaymani, Wakil Pemimpin Spiritual Iran di wilayah Timur Iran
IRAK
1. Grand Ayatollah Shaykh Husayn Al-Mu’ayyad, Pengelola Knowledge Forum
2. Ayatollah Ahmad al-Bahadili, Dai Islam
3. Dr. Ahmad Abd Al-Ghaffur Al-Samara’i, Ketua Diwan Waqaf Sunni
ITALIA
1. Mr. Yahya Sergio Pallavicini, Wakil Ketua, Islamic Religious Community of Italy (CO.RE.IS.)
YORDANIA
1. Prof. Dr. Ghazi bin Muhammad, Utusan Khusus Raja Abdullah II bin Al-Hussein
2. Syaikh Izzedine Al-Khatib Al-Tamimi, Jaksa Agung
3. Prof. Dr. Abdul-Salam Al-Abbadi, Mantan Menteri Agama
4. Prof. Dr. Syaikh Ahmad Hlayyel, Penasehat Khusus Raja Abdullah dan Imam Istana Raja
5. Syaikh Said Al-Hijjawi, Mufti Besar Yordania
6. Akel Bultaji, Penasehat Raja
7. Prof. Dr. Khalid Touqan, Menteri Pendidikan dan Riset
8. Syaikh Salim Falahat, Ketua Umum Ikhwanul Muslimin Yordania
9. Syaikh Dr. Abd Al-Aziz Khayyat, Mantan Menteri Agama
10. Syaikh Nuh Al-Quda, Mantan Mufti Angkatan Bersenjata Yordania
11. Prof. Dr. Ishaq Al-Farhan, Mantan Menteri Pendidikan
12. Dr. Abd Al-Latif Arabiyyat, Mantan Ketua DPR Yordania; Shaykh Abd Al-Karim Salim Sulayman Al-Khasawneh, Mufti Besar Angkatan Bersenjata Yordania
13. Prof. Dr. Adel Al-Toweisi, Menteri Kebudayaan
14. Mr.BilalAl-Tall, Pemimpin Redaksi Koran Liwa’
15. Dr. Rahid Sa’id Shahwan, Fakultas Ushuluddin, Balqa Applied University
KUWAIT
1. Prof. Dr. Abdullah Yusuf Al-Ghoneim, Kepala Pusat Riset dan Studi Agama
2. Dr. Adel Abdullah Al-Fallah, Wakil Menteri Agama
LEBANON
1. Prof. Dr. Hisham Nashabeh, Ketua Badan Pendidikan Tinggi
2. Prof. Dr. Sayyid Hani Fahs, Anggota Dewan Tinggi Syiah
3. Syaikh Abdullah al-Harari, Ketua Tarekat Habashi
4. Mr. Husam Mustafa Qaraqi, Anggota Tarekat Habashi
5. Prof. Dr. Ridwan Al-Sayyid, Fakultas Humaniora, Lebanese University; Pemred Majalah Al-Ijtihad
6. Syaikh Khalil Al-Mays, Mufti Zahleh and Beqa’ bagian Barat
LIBYA
1. Prof. Ibrahim Al-Rabu, Sekretaris Dewan Dakwah Internasional
2. Dr. Al-Ujaili Farhat Al-Miri, Pengurus International Islamic Popular Leadership
MALAYSIA
1. Dato’ Dr. Abdul Hamid Othman, Menteri Sekretariat Negara
2. Anwar Ibrahim, Mantan Perdana Menteri
3. Prof. Dr. Muhamad Hashem Kamaly, Dekan International Institute of Islamic Thought and Civilisation
4. Mr. Shahidan Kasem, Menteri Negara Bagian Perlis, Malaysia
5. Mr. Khayri Jamal Al-Din, Wakil Ketua Bidang Kepemudaan UMNO
MALADEWA
1. Dr. Mahmud Al-Shawqi, Menteri Pendidikan
MAROKO
1. Prof. Dr. Abbas Al-Jarari, Penasehat Raja
2. Prof. Dr. Mohammad Farouk Al-Nabhan, Mantan Kepala DarAl-Hadits Al-Hasaniyya
3. Prof. Dr. Ahmad Shawqi Benbin, Direktur Perpustakaan Hasaniyya
4. Prof. Dr. Najat Al-Marini, Departemen Bahasa Arab, Mohammed V University
NIGERIA
1. H.H. Prince Haji Ado Bayero, Amir Kano
2. Mr. Sulayman Osho, Sekjen Konferensi Islam Afrika
KESULTANAN OMAN
1. Shaykh Ahmad bin Hamad Al-Khalili, Mufti Besar Kesultanan Oman
2. Shaykh Ahmad bin Sa’ud Al-Siyabi, Sekjen Kantor Mufti Besar
PAKISTAN
1. Prof. Dr. Zafar Ishaq Ansari, Direktur Umum, Pusat Riset Islam, Islamabad
2. Dr. Reza Shah-Kazemi, Cendikiawan Muslim
3. Arif Kamal, Dubes Pakistan untuk Yordania
4. Prof. Dr. Mahmoud Ahmad Ghazi, Rektor Islamic University, Islamabad; Mantan Menteri Agama Pakistan
PALESTINA
1. Shaykh Dr. Ikrimah Sabri, Mufti Besar Al-Quds dan Imam Besar Masjid Al-Aqsa
2. Shaykh Taysir Raj ab Al-Tamimi, Hakim Agung Palestina
PORTUGAL
1. Mr. Abdool Magid Vakil, Ketua LSM Banco Efisa
2. Mr. Sohail Nakhooda, Pemred Islamica Magazine
QATAR
1. Prof. Dr. Shaykh Yusuf Al-Qaradawi, Ketua Persatuan Internasional Ulama Islam
2. Prof. Dr. Aisha Al-Mana’i, Dekan Fakultas Hukum Islam, University of Qatar
RUSIA
1. Shaykh Rawi Ayn Al-Din, Ketua Urusan Muslim
2. Prof. Dr. Said Hibatullah Kamilev, Direktur, Moscow Institute of Islamic Civilisation
3. Dr. Murad Murtazein, Rektor, Islamic University, Moskow
ARAB SAUDI
1. Dr. Abd Al-Aziz bin Uthman Al-Touaijiri, Direktur Umum, The Islamic Educational, Scientific and Cultural Organization (ISESCO)
2. Syaikh al-Habib Muhammad bin Abdurrahman al-Saqqaf
SENEGAL
1. Al-Hajj Mustafa Sisi, Penasehat Khusus Presiden Senegal
SINGAPORE
1. Dr. Yaqub Ibrahim, Menteri Lingkuhan Hidup dan Urusan Muslim
AFRIKA SELATAN
1. Shaykh Ibrahim Gabriels, Ketua Majlis Ulama Afrika Utara South African ‘Ulama’
SUDAN
1. Abd Al-Rahman Sawar Al-Dhahab, Mantan Presiden Sudan
2. Dr. Isam Ahmad Al-Bashir, Menteri Agama
SWISS
1. Prof. Tariq Ramadan, Cendikiawan Muslim
SYRIA
1. Dr. Muhammad Sa’id Ramadan Al-Buti, Dai, Pemikir dan Penulis Islam
2. Prof. Dr. Syaikh Wahba Mustafa Al-Zuhayli, Ketua Departemen Fiqih, Damascus University
3. Syaikh Dr. Ahmad Badr Hasoun, Mufti Besar Syria
THAILAND
1. Mr. Wan Muhammad Nur Matha, Penasehat Perdana Menteri
2. Wiboon Khusakul, Dubes Thailand untuk Irak
TUNISIA
1. Prof. Dr. Al-Hadi Al-Bakkoush, Mantan Perdana Menteri Tunisia
2. Dr. Abu Baker Al-Akhzuri, Menteri Agama
TURKI
1. Prof. Dr. Ekmeleddin I lis an og hi, Sekjen Organisasi Konferensi Islam (OKI)
2. Prof. Dr. Mualla Saljuq, Dekan Fakultas Hukum, University of Ankara
3. Prof. Dr. Mustafa Qag nci, Mufti Besar Istanbul
4. Prof. Ibrahim Kafi Donmez, Profesor Fiqih University of Marmara
UKRAINA
1. Shaykh Dr. Ahmad Tamim, Mufti Ukraina
UNI EMIRAT ARAB
1. Mr. Ali bin Al-Sayyid Abd Al-Rahman Al-Hashim, Penasehat Menteri Agama
2. Syaikh Muhammad Al-Banani, Hakim Pengadilan Tinggi
3. Dr. Abd al-Salam Muhammad Darwish al-Marzuqi, Hakim Pengadilan Dubai
INGGRIS
1. Syaikh Abdal Hakim Murad / Tim Winter, Dosen, University of Cambridge
2. Syaikh Yusuf Islam /Cat Steven, Dai Islam dan mantan penyanyi
3. Dr. FuadNahdi, Pemimpin Redaksi Q-News International
4. SamiYusuf, Penyanyi Lagu-lagu Islam
AMERIKA SERIKAT
1. Prof. Dr. Seyyed Hossein Nasr, Penulis dan profesor Studi-studi Islam, George Washington University
2. Syaikh Hamza Yusuf, Ketua Zaytuna Institute
3. Syaikh Faisal Abdur Rauf, Imam Masjid Jami Kota New York
4. Prof. Dr. Ingrid Mattson, Profesor Studi-studi Islam, Hartford Seminary; Ketua Masyarakat Islam Amerika Utara (ISNA)
UZBEKISTAN
1. Syaikh Muhammad Al-Sadiq Muhammad Yusuf, Mufti Besar
YAMAN
1. Syaikh Habib ‘Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafiz, Ketua Madrasah Dar al-Mustafa, Tarim
2. Syaikh Habib Ali Al-Jufri, Dai Internasional
3. Prof. Dr. Husayn Al-Umari, Anggota UNESCO; Profesor Sejarah, Universitas Sana’a’
daftar lengkap para anggota delegasi bisa dilihat di: http://ammanmessage.com(Arab-Inggris);
Ayatullah al-‘Uzhma Sayyid Hasan Ismail Sadr, marja’ Irak.
Ayatullah al-‘Uzhma Sayyid Fadhil Lankarani, marja’ Iran.
Ayatullah al-‘Uzhma Syaikh Muhammad Ali Taskhiri, Sekretaris Jenderal forum taqrib.
Ayatullah al-‘zhma Sayyid Muhammad Husein Fadhlallah, marja’ Libanon.
Lembaga Imam Khu’i, Inggris.
Fatwa-fatwa Ulama lain.
Syaikh Muhammad al-Mansur.
Syikah Humud ibn Abbas.
Syaikh Ahmad ibn Hammad al-Khalili.
Agha Khan.
Lampiran 2: Penandatangan (lebih dari 500 ulama dan cendekiawan dari seluruh dunia)1. Syaikh Yusuf ibn Mahdi: Anggota Komite Fatwa Aljazair.
2. Syaikh Salim ‘Ulwan al-Hasani: Sekjen Dar al-Fatwa Australia.
3. Syaikh Allah-Syakur ibn Himmat Bashazada: Mufti Besar Azerbaijan.
4. Syaikh Musthafa Cheric: Mufti Besar Bosnia Herzegovina.
5. Syaikh Mahmud Malbakri: Imam Masjid & Presiden Dewan Ulama Kamerun.
6. Dr. Ahmad Muhammad Thayyib: Presiden Universitas al-Azhar.
7. Dr. Murad Hoffman: Peneliti dan Cendekiawan Muslim Jerman.
8. Dr. Alwi Syihab: Cendekiawan Muslim Indonesia.
9. Dr. Muhammad Maftuh Basyuni: Menteri Agama Indonesia.
10. Dr. Tutty Alawiyah: Presiden Universitas Syafi’i Indonesia.
11. Hasyim Muzadi: Ketua Umum Nahdhatul-Ulama Indonesia.
12. Dr. Din Syamsuddin: Ketua Muhammadiyah Indonesia.
13. Ayatullah Muhammad Wa’izh Zadeh Khurasani: Sekjen Forum Taqrib Iran.
14. Sayyid Muhammad Musawi: Sekjen Liga Ahl al-Bayt Dunia Irak.
15. Syaikh Muhammad Rasyid Qabbani: Mufti Besar Lebanon.
16. Dr. Anwar Ibrahim: Mantan Deputi Perdana Menteri Malaysia.
17. Dr. Kamal Hasan: Presiden Universitas Internasional Islam Malaysia.
18. Syaikh Muhammad Thahir al-Qadri: Dirjen Pusat Penelitian Islam Pakistan.
19. Syaikh Ikrimah Shabri: Mufti Besar dan Imam Masjid al-Aqsha Palestina.
20. Dr. Ali Ahmad as-Salus: Guru Besar Fakultas Syariah Universitas Qatar.
21. Syaikh Rawi ‘Aynuddin: Mufti Besar Rusia.
22. Syaikh Abdullah Sulayman al-Mani': Anggota Dewan Ulama Saudi Arabia.
23. Imam Shadiq al-Mahdi: Pemimpin Gerakan Anshar Sudan.
24. Prof. Tariq Ramadhan: Inteletual Muslim Swiss.
25. Syaikh Ahmad Badr Hassun: Mufti Besar Suriah.
26. Dr. Muhammad Sa’id al-Buthy: Ketua Departemen Agama Universitas Damaskus Suriah.
27. Syaikh Wahbah Zuhayli: Ketua Departemen Fiqh Fakultas Hukum Universitas Damaskus Suriah.
28. Dr. Ekmeleddin Ihsanoglu: Sekjen OKI Turki.
29. Dr. Mustofa Chagici: Mufti Besar Istanbul Turki.
30. Syaikh Ahmad Tamim: Mufti Besar Ukraina.
31. Khursyid Ahmad: Forum Muslim Inggris.
32. Sayyid Husain Nashr: Guru Besar Studi Islam Universitas George Washinton Amerika.
33. Syaikh Muhammad Shadiq: Mufti Besar Uzbekistan.
34. Habib Umar al-Hafizh: Pengasuh Dar al-Mushtafa Yaman.
35. Habib Ali Al-Jufri, Yaman.
Fatwa Syaikhul Azhar 17 Rabi’ul awal tahun 1378 H, bahwa Mazhab Ahlul Bayt Syi’ah Imamiyah Adalah Mazhab Yang Sah di Dalam Islam. dari berbagai sumber : ammanmessage.com/abdullahhanifchanel/satuislam.wordpress.com