Sabtu, 10 Januari 2015

Kristenisasi di CFD Bukti Indonesia Darurat Pemurtadan


Hari ini boleh dikatakan Indonesia, negeri muslim terbesar ini telah masuk dalam keadaan darurat pemurtadan. Sebab kegiatan pemurtadan dengan segala modusnya, cara dan sarananya, sudah semakin marak dan membuat hati prihatin dan miris.  Informasi lisan dari seorang jenderal dari Mabes Polri bahwa angka pemurtadan di Indonesia hari ini mencapai 2,75 juta orang per tahun.  Ini angka yang tampaknya fantastis, namun karena sumbernya kredibel maka sulit untuk dinafikan.  Memang selama ini umat Islam terlena karena bayi dari keluarga muslim yang lahir setiap tahun lebih besar angkanya dari pada yang murtad di atas.  

Dulu pimpinan DDII Bapak Dr. H.M.Natsir rahimahullah pernah menulis surat kepada Paus agar menghentikan cara-cara pemurtadan dengan diakonia, yakni pemurtadan dengan modus di balik kegiatan sosial. Tapi tampaknya hingga kini modus pemurtadan seperti itu jalan terus.   

Bahkan kini modus pemurtadan semakin vulgar walaupun melanggar SKB Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Pasal 4 Tahun 1979 yang menjelaskan bahwa pelaksanaan penyiaran agama tidak dibenarkan jika ditujukan pada orang atau kelompok orang yang telah memeluk/menganut agama lain. Penyiaran agama yang dimaksud ini bisa dalam berbagai bentuk, seperti melakukan bujukan dengan atau tanpa adanya suatu pemberian, penyebaran brosur atau buku-buku, maupun melakukan kunjungan langsung.

Tatkala terjadi gempa di Padang beberapa tahun lalu seorang pengambil gambar amatiran menangkap upaya Kristenisasi vulgar di lokasi pengungsian terhadap penduduk muslim di antara mereka ada yang mengenakan kerudung.  Upaya pemurtadan itu dilakukan oleh seorang penginjil lokal dari wilayah Timur dan sejumlah tentara AS yang turun dalam misi bantuan  kepada korban gempa.  Mereka menyanyikan lagu misi penyelamatan dengan Kristen, membagikan al Kitab, dan membagikan uang 50 ribuan kepada korban gempa.  Kabarnya wilayah-wilayah gempa merupakan daerah rawan pemurtadan.   

Awal bulan lalu Rateka, seorang pengambil gambar professional, berhasil memvideokan kegiatan kristenisasi terselubung di Car Free Day (CFD) pada 2 November 2014 di Jakarta lalu dia unggah videonya ke Yo Tube. Bukti-bukti upaya kristenisasi yang ditemukan oleh Rateka yang pernah sekolah di SMP Kristen Strada itu meliputi kalung bergambar merpati, biskuit, permen, pin bertuliskan I'm Saved (Saya terselamatkan) dan sejumlah barang lain. Menurut Rateka, barang-barang itu disebarkan oleh sejumlah sukarelawan sebuah komunitas yang mengedepankan semangat kebangsaan.  Ketika relawan yang membagi-bagi barang ditanya apakah kegiatan semacam ini terkait dengan upaya kristenisasi?, mereka menjawab: "Kita komunitas Peduli Indonesia yang cinta Indonesia.''  

Saat ditanya, asal gereja, sang sukarelawan membantah.  "Gak ada gereja," ujarnya.  Sementara untuk kalung bergambar merpati, sukarelawan itu menyebut merpati adalah simbol kedamaian.  Negara atheis sekalipun mengakui hal tersebut.  Apakah basisnya gereja? "Nggak, nggak," sukarelawan itu kembali membantah.  

Namun Rateka sempat memergoki seorang wanita yang membujuk seorang muslimah paruh baya berjilbab yang tampak lusuh dan lugu agar mempercayai tuhan Yesus agar diselamatkan.  Rateka tidak tahan dan menegur wanita Kristen yang mencoba memurtadkan muslimah berjilbab yang sempat direkam kameranya.  Wanita Kristen agen pemurtadan itu segera ngeloyor pergi sambil mengucapkan kata “Maaf!”. Rateka menilai tindakan para aktivis Kristen di arena Car Free day itu tergolong tidak fair.      

Dari laporan Rateka bisa kita simpulkan bahwa serangan misionaris untuk memurtadkan umat Islam sudah sedemikian massif dan agressif. Maha Benar Allah Swt dalam firman-Nya : Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup...(QS. Al Baqarah 217). 

Eforia naiknya Ahok dan Jokowi mendorong mereka makin agfressif.  Mereka lupa bahwa itu sumber konflik.Akhir November 2010, sekitar 2 bulan setelah insiden Ciketing Bekasi, International Crisis Group (ICG) yang dikomandani Sydney Jones melaporkan hasil investigasinya di Bekasi bahwa faktor utama meningkatnya gesekan antarumat beragama di Indonesia adalah agresivitas kegiatan penginjilan di daerah Muslim (Aggressive evangelical Christian proselytizing in Muslim strongholds). Dalam laporan itu ICG menulis bahwa beberapa organisasi penginjil yang berkomitmen untuk mengkristenkan Muslim ada di Bekasi, beberapa didanai dari luar negeri, yang lain murni lokal. Yayasan Mahanaim, salah satu organisasi neo-Pentakosta yang paling bonafit serta aktif, sangat dibenci kaum muslim garis keras karena program-programnya menjadikan orang-orang muslim yang miskin sebagai objek pemurtadan. Lebih jauh, ICG memperingatkan bahwa gerakan kristenisasi itu bisa memicu lahirnya gerakan jihadis ...

Apakah analisis ICG ini bakal terwujud? Tergantung para pimpinan umat Islam. Apakah mereka masih punya perhatian kepada penjagaan aqidah umat ini atau mereka biarkan umat dihabisi oleh para pemangsa aqidah. Seharusnya MUI menghidupkan lagi Komnas Anti Pemurtadan yang dulu dipunyai dan menekan FKUB agar menghentikan Kristenisasi di daerah Islam yang memang sengaja ditarget oleh para misionaris. Wallahua’lam! (KH Muhammad Al Khaththath Sekjen FUI/SI Online)

0 komentar:

Posting Komentar