Selasa, 20 Januari 2015

Kyai NU Meluruskan Fatwa-Fatwa Merah MUI dan DDII



Judul                 :Kyai NU Meluruskan Fatwa-Fatwa MerahMUI dan DDII
Penerbit            : Pustaka Albantani bekerja sama dengan Pustaka Aura Semesta dan LTM PBNU
Tahun terbit     : 2014
Tebal                  : 139 halaman
KH Alawi Nurul Alam Al Bantani dikenal sebagai Kyai NU yang gencar menyuarakan ukhuwah Islamiyah. Salah satu isu besar yang berpotensi memecah-belah kerukunan kaum muslim Indonesia adalah isu Sunni-Syiah. Melalui bukunya ini, KH Al Bantani membahas tuntas, meskipun ringkas, isu-isu yang sering dihembuskan oleh pihak-pihak yang gemar memecah-belah umat, terutama yang dilakukan melalui wadah MUI dan DDII.
Antara lain, beliau menulis bahwa perbedaan antara Ahlus-Sunnah dan Syiah adalah dalam masalah cabang (furu’iyyah), bukan pokok (ushuliyyah).
 Secara furu’iyyah, Imam mazhab yang empat (Maliki, Hambali, Hanafi, Syafii) mengambil kurang-lebih 80 fatwa dari Imam Jafar Shadiq (imam mazhab Syiah pertama yang berpangkat mujtahid mutlak). Kalaulah dalam bab fiqih Imam Shadiq dianggap menyalahi syariat, sudah barang tentu Imam Abu Hanifah, Imam Malik bin Anas, Imam Sufyan Ats-Tsauri, Imam Sufyan bin Uyainah, Yahya bin Sa’id al Amshari, Ayyub as-Sakhtiani, Aban bin Taghluba, Abu Ammar bin Ala, dari kalangan tabi’in dan ulama Ahlussunnah lainnya tidak akan berguru dan mengambil ilmu darinya. Bahkan sangat banyak kesamaan yang tidak diketahui penganut Ahlussunah wal jamaah baik dalam hal fardhu, wajib, sunnah, maupun mustahab. (hal 18)
Kemudian beliau menuliskan contoh-contoh kesamaan fatwa dalam fiqih berbagai mazhab. Beliau juga menuliskan berbagai kesamaan tradisi antara Ahlussunnah dan Syiah, antara lain peringatan Maulid Nabi, Isra Mi’taj, Nifsu Sya’ban, Asyura, sama-sama suka ziarah kubur, betrawasul, istighasah, dan zikir secara berjamaah.
Lalu, dari mana sumber sikap-sikap suka mengafirkan yang mengatasnamakan ahlussunnah itu?
Menurut KH Al Bantani:
Yang mana hal ini [tradisi-tradisi tersebut di atas] diharamkan secara mutlak oleh sekte Salafi wahabi dan partai-partai pendukungnya. Kalaupun ada partai-partai pendukungnya mengadakan peringatan-peringatan seperti itu, hal tersebut hanyalah tipu daya dan pengelabuan terhadap warga Nahdiyin agar mereka bisa meraup suara sebanyak-banyaknya dalam pemilu. Dan setelah mereka berhasil duduk sebagai wakil rakyat baik di DPRD, DPR, maupun MPR, mereka kembali membiayai dakwah sesat Salafi Wahabinya dan kembali menghujat kebiasaan warga Nahdliyin dan Syiah sebagaimana awalnya. (hal 19)
KH Al Bantani juga mengakui bahwa memang ada sekte-sekte menyimpang dalam Syiah. Beliau mendaftar ada sekitar 32 sekte Syiah yang sesat sebagaimana tercatat dalam kitab al Ghunyah lil Thalibi Thariqah al Haq karya Syekh Abdul Qadir Jailani. Dan di antara daftar itu, tidak tercantum mazhab Syiah Ja’fari.
Dalam Risalah Amman, ada fatwa dengan 3 pasal yang mengangkat masalah, yaitu kriteria Muslim; takfir (pengafiran) dalam Islam, dan dasar-dasar yang berkaitan dengan pengeluaran fatwa. Risalah Amman juga berisi pengakuan atas 8 (delapan) mazhab dan ajaran Islam yaitu: Sunni Hanafi, Sunni Hambali, Sunni Maliki, Sunni Syafi’i, Syiah Ja`fari, Syiah Zaydi, Ibadiyah, Zahiri.
Dalam sebuah pengajiannya, KH. Albantani menyoroti bahwa justru berdasarkan Risalah Amman ini, kelompok wahabi malah tidak disebut sebagai mazhab yang benar.
Artinya, menyamaratakan semua penganut Syiah sesat atau menyebut ‘Syiah bukan Islam’ adalah kesalahan.
Mengenai isu-isu yang disebarluaskan kaum Wahabi-Salafi (yang mengatasnamakan diri sebagai kelompok Ahlussunnah) terkait kesesatan Syiah, KH Al Bantani juga membahasnya secara singkat satu persatu.
Misalnya, isu bahwa Syiah gemar mencaci-maki sahabat dan istri Nabi. KH Al Bantani mengutip beberapa hadis dan fatwa dari kalangan Syiah, termasuk fatwa Imam Ali Khamenei (ulama tertinggi Iran) yang justru menunjukkan bahwa perilaku tersebut tidak dibenarkan. Bila ada oknum-oknum yang membangkang terhadap fatwa ulama, tentu tidak bisa dikatakan ajarannya yang salah.
Di akhir bukunya, pada halaman 131, KH Al Bantani kembali mengingatkan bahwa sesungguhnya mayoritas umat Islam dan para ulamanya di seluruh dunia menganggap Syiah sebagai saudara Ahlussunah yang merupakan bagian tak terpisahkan dari tubuh Islam. Justru yang menjadi musuh terbesar bagi seluruh negara adalah sekte Salafi Wahabi karena dakwahnya yang menciptakan kerusakan dan terorisme di seluruh negara berpenduduk muslim. (LiputanIslam.com)

0 komentar:

Posting Komentar